ADABMUAMALAH

Menoleh Toleransi dan Diskriminasi

Indonesia pemeluk agama Islamnya lebih 86,5 %, kok masih saja ada kata - kata diskriminasi dan toleransi

Jika ada segelintir orang yang berkata terjadi intoleransi, orang ini hanya ingin membuat kacau pemikiran kita

Oleh : Bangun Lubis

SATUJALAN – Debat Soal toleransi versus intoleransi terus bergema. Mulai dari pemerintah hingga para ulama dan masyarakat umum, memberikan pendapat. Ada yang pro bahwa di Indonesia itu demikian tinggi rasa toleransi. Tapi ada juga yang memberikan pandangan terjadi intoleransi.

Ustad Bachtiar Nasir, memberikan pandangan yang begitu menyejukkan. Katanya, sudah berlalu intoleransi di negeri ini. Yang ada adalah toleransi yang begitu tinggi diantara masyarakat. Jadi sikap dan pandangan yang mengarah kepada intoleransi harus segera dibuang jauh-jauh.

Memang, perlu kita melihat seperti yang terjadi di masyarakat. Dari ikatan pernikahan, misalnya seorang beragama Islam, lalu setelah muallaf menikah dengan yang islam dari lahir tersebut.  Ini toleransi yang demikian hebat dan kental tentunya

Baca Juga  Kalian Harus Saling Melindungi

Enggak usah jauh-jauh, Ustad Felix Xiauw, ketika jadi muallaf, sampai sekarang saja dengan ayah dan ibu yang belum muallaf, hubungannya begitu indah. Apakah tidak ada toleransi di keluarga ustadz ini?. Tidaklah, mereka hidup dengan rukun. Kita saja dengan sahabat kita yang non-muslim, setiap haru minum kopi.

Kata tepatnya, Indonesia penuh dengan toleransi. Tanah yang subur dan pergaulan masyarakat yang ramah dan sukaria secara bersama. Tetapi, hampir setiap saat selalu saja ada event di berbagai kalangan baik intelektual, kalangan agama maupun kampus termasuk mereka anak-anak muda yang katanya peduli kepada negeri Indonesia Tercinta ini,  selalu mempertanyakan soal toleransi dan diskriminasi. Aneh!

Kenapa jadi aneh, karena mestinya negeri yang luhur dan memiliki rasa persaudaraan yang tinggi, apalgi jumlah pemeluk agama Islamnya lebih 86,5 %, kok masih saja ada kata diskriminasi dan toleransi. Tentu ada komitmen bahwa Islam adalah Rahmatan lil ‘alamin. Jadi tidak akan ada penistaan, tidak akan ada diskriminasi.

Baca Juga  Mau Rezeki Lancar, Jangan Ikuti Mereka Ini...

Jika ada segelintir orang yang berkata terjadi intoleransi, orang ini hanya ingin membuat kacau pemikiran kita. Lihat saja, jika ada pesta nikah, mulai dari masyarakat kecil hingga tokoh negara sekelas presiden masih datang menghadirinya. Ini sebuah bentuk kekerabatan, menunjukkan masyarakat yang ‘guyub’ penuh toleransi dan merasa bagian dari sesama.

Kita perlu mewaspadai bila saja masih ada sedikit orang-orang yang selalu menggembar-gemborkan soal toleransi dan diskriminasi. Karena mereka sebenarnya bukanlah masyarakat yang mencintai adat istiada Indonesia dan tidak mengenal kultur dan sistem kekerabatan dalam hidup bersama di negeri yang tercinta ini. Jangan –jangan mereka hanya ingin memecah belah saja. Wallahu’alam.(*)

 

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button