
Oleh: Bangun Lubis [ Pimpinan SATUJALAN NETWORK ]
SATUJALAN – Saat sekarang ini, terkenal menjadi sebuah trend. Malu dibilang kolot atau udik, bila tak berusaha jadi terkenal. Namanya saja zaman ngetop, ya harus ikut top dan dikenal dimana-mana. Kondisi begini adalah sebuah gaya hidup yang menjalar mulai dari kota hingga ke dusun-dusun.
Terkenal bahkan sombong sedikit, akan menjadi disanjung, terkenal dan agak sombong menjadi dihormati, terkenal akan dihargai, terkenal harapan dikagumi. Alangkah bangganya hati bila mampu meraihnya. Makanya, berbagai cara akan dilakukan untuk meraihnya. Dari sedikit yang sportif sampai banyak kecurangan. Yang penting terkenal dan sombong.
Bila demikian maka uang pun akan ikut bicara. Mau naik pangkat lakukan sogok. Ingin jadi pemimpin buang uang untuk bikin kaos dan famplet tebarkan di mana-mana. Bahkan menyogok rakyat untuk dipilih. Malah mau jadi pegawai pun kasih uang imbalan.
Ini agaknya gaya hidup akhir zaman. Korupsi pun terjadi di mana-mana dengan kerugian besar-besaran. Tadinya aib, kini malah bangga. Senyum terumbar di televisi. Dibilang tak bermoral tidak merasa malu. Memang rasa malu itu sudah kian hilang. Maksiat dielu-elukan. Giliran berbuat kebenaran digunjingkan. Manusia macam apa sebenarnya kita ini.
Ingat firman Allah ;“Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi” (QS. Al-Qashash: 83). Tetapi mereka tetap saja ingin terkenal dan malah menyombongkan diri, walaupun dengan cara-cara yang tak terpuji. Banyak macam cara dilakukan yang gilirannya membuat lupa diri.
Sabda dari Al Hadist Rasulullah disebutkan;“Barangsiapa berlaku riya’, maka Allah akan bersikap riya’ kepadanya, dan barangsiapa menginginkan kemasyhuran maka Allah pun akan memamerkan kemasyhuran-Nya kepadanya.”
Dalam firman Allah:“Dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan” (QS. Ali Imran: 188).“Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya’ kepada manusia” (QS. Al-Anfal: 47).
Makna yang termaktub dalam firman Allah itu, tiada lain memberikan pesan agar manusia yang terlahir dari air yang hina itu, jangan sampai ingin menyombongkan diri dan terkenal. Karena pakaian sombong itu adalah pakaian Allah. Seorang penyair mangatakan,“Pakaian riya menggambarkan apa yang dibaliknya,Jika memakainya, sebenarnya engkau sedang telanjang”. Sungguh memalukan.
Sesungguhnya yang membuat hati bingung, yang mengganggu keteguhan adalah ambisi agar kita terkenal, dan mendapat simpati orang lain. Padahal, orang yang mampu menaklukkan jiwanya dari ambisi adalah orang yang sangat tenang. Dan jiwanya pun merasa nyaman.(*)