Penantian Panjang Nabi Zakaria Hingga Lahir Putranya Diusia 90 Tahun
Menanti Kelahiran Putra Hingga Usia 90 Tahun Nabi Zakaria Tetap Sabar
Sebenarnya sejak memasuki gerbang pernikahan, nabi Zakaria sudah mendambakan kehadiran seorang putra. Namun sampai memasuki usia senja, keinginan beliau belum uga terpenuhi. Walaupun demikian, Nabi Zakaria tidak pernah putus asa untuk selalu meminta dan berdoa kepada Allah
SATUJALAN – Menanti kelahiran seorang putra, begitu besar harapannya setiap kita manusia yang sudah berkeluarga. Tetapi, untuk mendapatkan itu bukanlah seperti membalik tangan. Semua itu tergantung dengan Allah SWT. Bila Allah berkehendak maka lahirlah putra dengan mudah. Tetapi bila belum, maka berpuluh tahun bahkan sampai usia yang tua tak kunjung terlahir. Bersabar adalah kata yang paling tepat untuk menanti kelahiran putra itu.
Pengalaman seperti itu pernah dialami oleh Nabi Zakaria. Disaat usianya yang sudah senja Zakaria belum juga memiliki putra. Hingga akhirnya, berkat kesabaran yang dimilikinya anak yang dinanti lahir juga tepat ketika usianya sudah mencapai 90 tahun.
Ia sempta mengaduh kepada Allah. “Kapankah Allah SWT akan memberikan aku seorang putra?” Pertanyaan tersebut selalu mengusik pikiran Nabi Zakaria. Betapa tidak, pada usia senja itu belum juga punya putra. Usia semakin tua, rambutnya telah beruban semua dan kondisinya semakin melemah. Kalau Allah tidak memberinya seorang putra “Siapakah yang akan melanjutkan dakwahku sepeninggalku nanti?” Begitu terus yang dikemukakannya dalam doanya.
Memang nabi Zakaria AS telah mencurahkan segenap tenaga dan pikirannya untuk membimbing masyarakat ke jalan Allah yaitu mengajak mereka menyembah Allah dan melaksanakan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya.
Dalam sebuah Buku yang menceritakan Sirah Nabi Zakaria, diungkapkan bahwa dia terus mengemban tugas mulia memperbaiki akhlak dan keyakinan untuk mengikuti agama Allah. Usahanya itu belum dapat dikatakan berhasil karena masih banyak diantara anggota masyarakat dan keluarganya sendiri yang mengingkarinya. Untuk itulah nabi Zakaria berkeinginan memiliki putra yang kelak akan meneruskan dakwahnya sepeninggalnya nanti.
Sebenarnya sejak memasuki gerbang pernikahan, nabi Zakaria sudah mendambakan kehadiran seorang putra. Namun sampai memasuki usia senja, keinginan beliau belum juga terpenuhi. Walaupun demikian, nabi Zakaria tidak pernah putus asa untuk selalu meminta dan berdoa kepada Allah. Ia percaya, sekalipun istrinya juga sudah lanjut usia dan seorang wanita mandul, jika Allah menghendaki niscaya mereka akan memiliki anak juga.
Suatu waktu masuklah nabi Zakaria menemui keponakannya yang masih kecil, Maryam yang selalu menyepi dalam mihrab (tempat shalat). Beliau mendapatkan makanan, minuman dan buah-buahan yang lezat terhidang dimeja keponakannya.
Nabi Zakaria bukan main herannya. Sebab, setahunya maryam sepanjang waktu selalu bersujud kepada Allah dan tidak seorangpun yang diperbolehkan masuk kecuali maryam dan dirinya sendiri. Lebih mengherankan lagi buah-buahan yang terhidang itu adalah buah-buahan yang biasanya muncul pada musim panas, sedangkan saat itu adalah musim dingin.
“Dari mana engkau dapatkan semua rezeki ini?” tanya nabi Zakaria heran. “Allah SWT” jawab Maryam. “Dia memberi rezeki kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.” Setelah melihat tanda-tanda kebesaran Allah yang ditampakkan pada diri Maryam, semakin besarlah optimisme nabi Zakaria untuk memperoleh keturunan. Karenanya dengan sabar beliau tidak henti-hentinya memanjatkan doa untuk memohon keturunan.
Suatu saat, setelah nabi Zakaria memanjatkan doa, Allah mengutus seorang malaikat untuk menyampaikan kabar gembira kepadanya.
“Ya Zakaria” panggil malaikat itu. “Allah akan memberimu seorang keturunan bernama Yahya dan belum pernah ada manusia bernama Yahya.” Mendengar penuturan malaikat tersebut bukan main gembiranya hati nabi Zakaria. Namun sebagai manusia biasa ia diliputi keraguan. Aku dan istriku sama-sama orang yang telah lanjut usia dan istriku adalah seorang wanita yang mandul. Bagaimana mungkin aku akan memperoleh seorang putra?” tanya Zakaria.
“Bukankah engkau sebelumnya tidak ada dan Allah menciptakanmu,” tegas malaikat tersebut. “Dan Tuhanlah yang akan menciptakan seorang anak untukmu.” Tidak lama kemudian, kehendak Allah SWT akhirnya terbukti. Istri Zakaria yang sudah tua renta itu hamil. Setelah cukup usia kehamilannya maka lahirlah seorang putra dan di beri nama Yahya.
Kelak dikemudian hari Allah memberkahinya dengan menjadikannya seorang nabi yang dijauhkan dari nafsu kemaksiatan dan menjadi pemimpin yang dihormati kaumnya, Yahya menjadi nabi dan seterusnya melanjutkan tugas untuk mengembangkan agama Allah hingga akhir hayat.(*)
Editor: Bangun Lubis