SIRAH

Menggapai Kekayaan Lewat Berbagi Kepada Sesama

SATUJALAN NETWORK –  Suatu kali, seorang datang kepada Rasulullah, mengatakan bahwa dirinya seringkali didatangi oleh orang-orang yang meminta sebagian dari hartanya. Sahabat itu, mengatakan, bahwa dirinya bukannya pelit, tetapi tidak suka didatangi secara terus menerus dengan meminta-minta.

Kenapa mereka tidak bekerja dan berusaha sekuat tenaga untuk bisa mencukupkan rezekinya dalam mengelola hidupnya. Sehingga tidak mendatangi orang lain untuyk meminta – minta dalam menjalani kehidupannya.

Rasulullah pun berkata bahwa Iman dan takwa begitu bernilai disisi Allah sehingga hanya diberikan kepada hamba yang Allah cintai. Sebagaimana yang dituturkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Allah telah membagi akhlaq kalian sebagaimana Allah juga telah membagi rezeki kalian. Dan Allah ‘Azza wa Jalla dapat saja memberi kakayaan dunia kepada orang  yang Dia cintai dan yang tidak Dia cintai. Namun untuk urusan agama, maka Allah tidak mungkin memberikannya kecuali kepada orang yang Allah cintai. Barangsiapa yang telah Allah berikan bagian dalam urusan agama, maka itu bukti bahwa Allah mencintainya.” (HR. Ahmad ).

*Bisa Kaya*

Memang banyak orang yang takut akan berkurang hartanya karena melakukan infak ataupun sedekah. Padahal, infak dan sedekah sesungguhnya akan memberikan dampak yang sangat positif bagi mereka yang mencintainya. Bahkan dapat mengikis rasa kerakusan kita, dan bisa memberikan imbalan dari Allah yang begitu besar. Kalimat sebagai ulama, bisa memberimu kekayaan.

Baca Juga  Lebih Baik Diam, Atau Berkatalah yang  Baik-Baik Saja

Kita simak saja apa kata ulama. “Tidak perlu khawatir untuk berinfak karena infak dan sedekah itu justru memperbanyak harta kalian, dan mengikis rasa kerakusan kita akan harta.”    Mereka yang rajin berinfak dan bersedekah  justru akan Allah tutup dari berbagai macam musibah bakan kemiskinannya, dan beralih menjadi kaya. Serta, dapat membersihkan hati  dari berbagai macam kebakhilan.

Sifat kikir (bakhil) berpotensial menimpa setiap orang, termasuk yang berkecukupan, karena setiap orang memiliki kecenderungan dan kecintaan terhadap dunia dan kekayaan pada khususnya.

Kecenderungan ini adalah fitrah yang ada pada setiap manusia tanpa terkecuali, sebagaimana ditegaskan dalam Alquran yang artinya: “Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik. (QS Ali Imran [3]:14).

*Kikir Bisa Celaka*

Kecintaan terhadap kekayaan tersebut bisa berubah menjadi kecintaan yang berlebihan hingga menganggap setiap hasil usahanya adalah hartanya semata, tidak perlu diinfakkan dan disedekahkan kepada orang lain.

Baca Juga  Rasulullah, Sekalipun Dijahati Membalas dengan Kebaikan

Padahal, Allah SWT menjelaskan tentang sifat kikir  dan rakus ini yang artinya: “Dan manusia itu memang sangat kikir” (QS al-Isra [17]: 100) dan firman Allah SWT dalam ayat lain yang artinya: “Walaupun manusia itu menurut tabiatnya itu kikir” (QS an-Nisa [4]: 128).

Orang kikir adalah orang yang sangat cinta harta dan menjadi hamba harta karena menjadikan dunia sebagai tujuan akhir hidupnya. Rasulullah SAW bersabda: “Celakalah hamba dinar (uang emas), celakalah hamba dirham (uang perak), celakalah hamba khamishah (pakaian yang cantik) dan celakalah hamba khamilah (ranjang yang empuk).” (HR Bukhari).

Hadis tersebut menjelaskan tentang kondisi orang yang menjadi hamba harta.  Sesungguhnya kikir adalah penyakit sosial yang berbahaya terhadap individu, keutuhan keluarga, masyarakat, bahkan negara. Tingginya angka kemiskinan, tingginya angka dhuafa, melebarnya tingkat kesenjangan sosial, dan banyaknya anak putus sekolah karena masalah ekonomi adalah sebagian kecil fenomena yang muncul karena sifat kikir para aghniya yang enggan berempati dan memberikan sedikit dari yang dimilikinya untuk yang berhak. Walluhu’alam.(*)

 

Penulis: Reizky Meina

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button