DUNIA ISLAM

Rindu Bertemu Rasulullah SAW

*By aminuddin

DIRIWAYATKAN dari Ibnu Mubarak bahwasanya seorang sahabat yang bernama Khalid bin Ma’dan berka ta kepada Mu’adz:
“Ceritakanlah kepadaku sebuah hadist yang anda dengar dari Rasulullah SAW yang anda hafal dan selalu mengingatnya setiap hari karena begitu penting dan dalamnya.”

Jawab Mu’adz : “Ya baiklah, akan aku ceritakan.” Kemudian Mu’adz menangis. Lama sekali. Setelah itu, barulah ia berkata, “Aku sangat rindu pada Rasulullah SAW, dan dorongan untuk bertemu dengan beliau sangatlah besar.”
“Dan ketika aku telah berada di sisi Rasulullah SAW, tiba-tiba beliau menunggang onta dan menyuruhku agar naik di belakang beliau. Lalu kami berangkat dengan berkendaraan onta itu.

Setelah berjalan bebe rapa saat, beliau menengadah ke langit seraya bersabda: Segala puji bagi Allah yang telah menetapkan hukum bagi makhluk-Nya, menurut apa yang Dia kehendaki, wahai Mu’adz.”
Aku menjawab, kata Mu’adz, “Ya, wahai Sayyidal Mursalin.”

Selanjutnya beliau bersabda: “Aku akan berikan sebuah hadist kepada anda, jika anda hafal dan menja ganya, maka sangat bermanfaat bagi anda. Tetapi jika anda menyia-nyiakannya, maka kelak di hadapan Allah anda tidak akan mempunyai hujjah (argumentasi). Hai Mu’adz, Allah SWT telah menciptakan tujuh malaikat sebelum Ia menciptakan langit dan bumi. Pada setiap langit terdapat seorang malaikat penjaga pintu, dan setiap pintu langit dijaga oleh seorang malaikat, menurut derajat pintu dan keagungannya.

Kemudian Malaikat Hafazhah naik membawa amal seorang hamba yang bersinar bagaikan matahari. Se sampainya di langit dunia, setelah Malaikat Hafazhah menyatakan banyaknya amal hamba itu dan mene rangkan kebaikan amal tersebut, malaikat penjaga langit dunia berkata kepada Malaikat Hafazhah:

“Tamparkan amal ini ke wajah pemiliknya! Aku adalah pengawas orang-orang yang suka mengumpat. Tuhanku, memerintahkan kepadaku agar aku tidak membiarkan amal orang yang suka mengumpat da pat lolos melewatiku, untuk mencapai langit berikutnya.”

Lalu keesokan harinya, Malaikat Hafazhah naik lagi membawa amal saleh yang bercahaya dan oleh Ma laikat Hafazhah dianggapnya baik lagi suci. Sesampainya di langit yang kedua — setelah lolos dari langit pertama, sebab pemiliknya bukan pengumpat – penjaga langit kedua berkata:

“Berhenti, tamparkan amal itu ke wajah pemiliknya. Sebab ia beramal dengan mengharap dunia. Allah memerintahkan aku agar tidak membiarkan amal semacam itu lolos melewatiku untuk sampai pada langit berikutnya.”

Kemudian para malaikat melaknat orang yang memiliki amal itu. Hingga pada kali yang lain, Malaikat Ha fazhah naik membawa amal hamba yang cemerlang, berupa sedekah, puasa dan berbagai kebaikan, ya ng oleh Malaikat Hafazhah dianggap banyak dan bagus.

Sesampainya di langit ketiga, malaikat penjaga berkata: “Berhenti! Tamparkan amal itu ke wajah pemiliknya! Aku adalah malaikat penjaga kesombo ngan. Allah memerintahkan kepadaku agar amalan semacam ini jangan sampai lolos melewatiku hingga sampai pada langit berikutnya. Pemilik amal ini sombong terhadap manusia di dalam majelis bersama mereka.”

Malaikat Hafazhah naik membawa amal seorang hamba, amalan ini bersinar bagaikan bintang gemin tang yang gemerlapan, bersuara dan membaca tasbih. Yaitu amal-amal puasa, shalat, haji dan umrah. Sesampainya pada langit keempat, malaikat penjaga langit berkata: “Berhenti! Tamparkan amal itu ke wajah pemiliknya! Aku adalah malaikat pengawal ujub.

Baca Juga  Dapatkan Hikmah Menunaikan Puasa Arafah

Allah memerintahkanku agar jangan sampai amal semacam itu bisa lolos melewatiku, hingga sampai pada langit berikutnya. Sesungguhnya pemilik amal ii ketika beramal memasukkan ujub ke dalam amalnya.”

Selanjutnya, Malaikat Hafazhah naik ke langit membawa amal seorang hamba, yang dielu-elukan bagai kan pengantin pria yang dipertemukan dengan pengantin wanita. Sesampainya di langit kelima dengan membawa amal-amal baik itu, berupa jihad, haji dan umrah yang terangnya seperti matahari, ternyata malaikat penjaga pintu langi kelima itu berkata: “Aku malaikat penjaga kedengkian.

Pemilik amal ini bersikap dengki pada orang lain yang mendapatkan kenikmata dari Allah. Ia benci terhadap apa yang menjadikan Allah ridha. Aku diperintahkan Allah agar tidak membiarkan amalan semacam ini bisa lolos melewatiku, hingga sampai pada langit berikutnya.”

Malaikat Hafazhah naik lagi dengan membawa amal seorang hamba. Amal itu berupa wudhu yang sem purna, shalat yang banyak, puasa, haji dan umrah. Sesampainya di langit keenam, malaikat penjaga ber kata: “Aku malaikat penjaga rahmat. Tamparkan amal itu ke wajah pemiliknya! Pemilik amal ini sama sekali tidak mempunyai belas kasihan kepada orang lain, bahkan apabila ada orang ditimpa musibah, ia merasa senang.

Tuhanku memerintahkan kepadaku agar tidak membiarkan amal semacam ini bisa lolos melewatiku menuju ke langit berikutnya.”

Malaikat Hafazhah naik lagi dengan membawa amal hamba berupa sedekah yang banyak, puasa, shalat, jihad dan wara’, yang suaranya bagaikan petir menyambar-nyambar dan cahayanya bagaikan kilat. Se sampainya di langit ke tujuh, malaikat penjaga berkata: “Aku adalah malaikat pengawal sum’ah dan pe nonjolan diri di masyarakat.

Pemilik amal ini menginginkan agar namanya disebut-sebut di majlis-majlis (berbagai forum), terpandang di antara teman-temannya dan mempunyai kedudukan di kalangan orang-orang besar. Aku diperintahkan Tuhanku agar tidak membiarkan amal semacam ini dapat lolos melewa tiku menuju pada perjalanan berikutnya.

Sebab, semua amal yang tidak dilakukan secara ikhlas karena Allah adalah riya’ dan Allah tidak berkenan menerima amal orang yang riya’.

Malaikat Hafazhah naik lagi dengan membawa amal hamba berupa shalat, puasa, haji, umrah, akhlak mulia, pendiam dan suka berzikir. Amal-amal itu diiringkan oleh malaikat tujuh langit, hingga dapat menerobos semua hijab (tabir) hingga sampai di hadapan Allah SWT.

Para malaikat itu berdiri di depan Allah, dan memberi kesaksian akan kesalehan dan keikhlasan amal hamba itu karena Allah Ta’ala. Lalu Allah berfirman: “Kalian adalah para malaikat yang menjaga amal hamba-hamba-Ku, sedangkan Aku adalah Tuhan yang selalu mengawasi apa yang berada di hati hamba-Ku.

Hamba ini beramal bukan untuk-Ku, tetapi dengan amal itu ia menghendaki buat yang selain Aku. Aku lebih mengetahui apa yang dia kehendaki dengan amalnya.
Hamba ini mendapatkan laknat-Ku. Ia menipu anak cucu Adam dan me nipu kalian semua, tetapi ia tidak bisa menipu-Ku. Aku-lah Yang Maha Mengetahui perkara yang gaib.

Aku mengetahui segala isi hati hamba, dan yang telah terjadi sama dengan pengetahuan-Ku atas sesu atu yang belum terjadi. Pengetahuan-Ku atas sesuatu yang telah lewat sama denga pengetahuan-Ku terhadap apa yang belum terjadi. Pengetahuan-Ku atas orang-orang terdahulu sama dengan penge ta huan-Ku atas orang-orang kemudian.

Baca Juga  Rindu Bertemu Rasulullah SAW

Aku mengetahui apa yang tersembunyi dan yang lebih samar lagi. Bagaimana bisa hamba-Ku menipu Aku dengan amalnya. Ia hanya bisa menipu makhluk-Ku yang tida mengetahui. Aku adalah Tuhan Yang Maha Mengetahui segala yang gaib. Maka baginya laknat-Ku. Para malaikat tujuh langit dan tiga ribu malaikat yang mengiringi amal itu pun berkata: “Ya Tuhan kami, semo ga hamba ini mendapatkan laknat-Mu dan juga laknat kami.” Kemudian penduduk langit juga berkata: “Tetaplah laknat Allah kepadanya, dan laknatnya orang-orang yang melaknat.”

Mu’adz pun menangis tersedu-sedu, lalu berkata:
“Ya Rasulullah, bagaimana aku bisa selamat dari semua yang baru saja baginda sebutkan itu?”
Rasulullah bersabda: “Hai Mu’adz, ikutilah Nabi anda dengan penuh keyakinan.”
“Engkau adalah utusan Allah, sedangkan aku hanyalah Mu’adz bin Jabbal.

Bagaimana aku bisa selamat dan terlepas dari bahaya itu?” kata Mu’adz.
Rasulullah SAW bersabda: “Ya, wahai Mu’adz, jika dalam amal anda terdapat kekurangan, maka putus kanlah lisan anda dari mempergunjing manusia lain dan dari menjelek-jelekkan saudara anda, teutama orang-orang yang hafal (pengemban) Al-Quranulkarim dan mengamalkannya. Supaya anda tidak mem pergunjingkan manusia, maka hendaklah anda mengetahui cacat diri anda sendiri. Jangan menganggap bersih diri anda dengan mencela saudara-saudara anda.

Jangan menganggap tinggi diri anda seraya merendahkan saudara-saudara anda. Jangan memamerkan amal anda kepada masyarakat dengan maksud agar terkenal di kalangan mereka. Jangan masuk ke da lam urusan duinia dengan cara yang dapat menyebabkan anda melupakan akherat. Janganlah anda ber bisik rahasia dengan seseorang, sementara di sisi anda ada yang lain.

Jangan merasa besar di tengah-tengah masyarakat, hingga membuat anda terputus dari kebaikan dunia dan akherat.
Jangan berbuat keji di dalam majlis, sehingga masyarakat takut dengan keburukan akhlak anda.

Jangan mengungikit-ungkit pemberian anda kepada orang lain. Jangan merobek-robek kehormatan orang lain dengan lidah anda, hingga kelak membuat anda akan dicabik-cabik anjing neraka jahanam.

Yang terakhir ini, sebagaimana firman Allah SWT: “Dan (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah lembut.” (QS 79:2). Daging menjadi terkelupas dari tulang belulangnya.
Aku bertanya, “ Ya Rasulullah, siapakah yang kuat menanggung perkara ini?”
Jawab Rasulullah SAW:
“Hai Mu’adz, apa yang kujelaskan kepada anda tadi akan mudah bagi orang yang dimudahkan Allah SWT.

Pada dasarnya, mengenai apa yang kuterangkan tersebut, cukuplah bila anda mencintai orang lain sebagaimana anda mencintai diri sendiri. Dan anda tidak menyukai akan terjadinya sesuatu pada orang lain, sebagaimana anda tidak menyukai sesuatu itu terjadi pada diri anda. Jika demikian, sungguh anda akan selamat.”

Khalid bin Ma’dan berkata: “Sahabat Mu’adz banyak membaca hadist ini, sama banyaknya seperti mem baca Al-Quran dan ia juga sering menjelaskan di dalam majlisnya.”

Wallahu a’lam bishshawab.

*Penulis adalah seorang pengamat Islam

 

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button