“Women are pearls”, Islam Membantah Dunia Barat
Wanita Islam, mereka tidak dibolehkan bepergian tanpa pengawalan
Oleh: Bangun Lubis ( Wartawan Satujalan Network )
Wanita adalah Mutiara (“Women are pearls”). Ungkapan ini tentu menjadi sangat bermakna ketika Islam mengartikannya sebagai arti yang penuh kemuliaan. Bila kita bahasakan secara ilmiah, adalah makna filosofi yang terkandung dalam kemuliaan wanita Islam.
Wanita adalah saudara kandung kaum pria. Bersamanya kaum pria mendapat ketenangan lahir dan bathin. Wanita menimbulkan energi positif berupa cinta, kasih – sayang dan menimbulkan adanya rasa saling bantu-membantu untuk mewujudkan kebahagiaan dalam membangun rumahtangga dan membina anak-anak yang menjadi generasi manusia mendatang.
Sebuah Firman, bahwa:“Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?.” (QS. An Nahl [16]:72)
Islam sangat memuliakan wanita. Tidak boleh menyakitinya , apalagi menzaliminya. Wanita harus disayang dan dimanjakan. Jangan merendahkan mereka apalagi menyakiti hati dan phisiknya. Pagutlah hatinya, agar mereka nyaman dan tenang hati dan jiwanya.
Indah sekali untaikan kalimat dalam Alquranulkarim;, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Al Rûm [30]: 21)
Nabi Besar dan manusia paling Mulia, Muhammad Rasulullah SAW, begitu memuliakan Wanita, Dalam Sabdanya Nabi saw berkata, “Aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik kepada para perempuan (Wanita),” dan dalam riwayat yang lain, “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya (Wanita), dan aku adalah yang paling baik terhadap istriku”. (HR. Muslim).
Islam Menjaga Wanitanya
Islam juga begitu menjaga kaum Wanita (Perempuan). Sebuah ceritra masa lalu, Aisyah, istri Rasulullah SAW, dikunjungi seorang Wanita yang memiliki dua anak wanita. Wanita itu meminta makanan. Saat itu, Aisyah hanya memiliki sebiji kurma dan memberikannya. Perempuan itu lantas membagi sebiji kurma itu kepada kedua anak wanitanya tanpa sedikit pun ia makan.
Ketika bersua Rasulullah SAW, Aisyah menceritakan kejadian tersebut. Rasulullah SAW pun bersabda, “Barang siapa diuji dalam pengasuhan anak-anak perempuan, lalu ia dapat mengasuh mereka dengan baik, maka anak perempuannya itu akan menjadi penghalangnya dari api neraka kelak.” (HR Muslim). Sabda beliau SAW yang lain, Rasulullah SAW mengatakan tentang pentingnya mendidik anak perempuan: “Barang siapa dapat mengasuh dua orang anak perempuannya hingga dewasa, maka aku akan bersamanya pada hari kiamat kelak. Beliau SAW lantas merapatkan kedua jarinya.” (HR Muslim).(Republika.co.id)
Saking dijaganya kaum Wanita Islam, mereka tidak dibolehkan bepergian tanpa pengawalan.“Janganlah perempuan yang beriman kepada Allah dan hari akhir bepergian dalam perjalanan tiga hari atau lebih, kecuali bersama bapak, atau saudara, atau anak laki-laki, atau suami, atau mahramnya.” (HR Ibnu Majah).
Wanita Islam juga tidak diperlakukan kasar, apalagi memaksa dan memperlakukan mereka tak sesnonoh. Firman Allah; ” Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. An Nisa [4]: 19).
Dr. Abdul Qadir Syaibah berkata, “Begitulah kemudian dalam undang-undang Islam, wanita dihormati, tidak boleh diwariskan, tidak halal ditahan dengan paksa, kaum laki-laki diperintah untuk berbuat baik kepada mereka, para suami dituntut untuk memperlakukan mereka dengan makruf serta sabar dengan akhlak mereka.” (Huqûq al Mar`ah fi al Islâm: 10-11). (Sumber: https://muslim.or.id)
Begitu besarnya perhatian Allah SWT kepada kaum wanita Islam agar mereka selalu terjaga sebagai Wanita Islam, Allah meminta kepada Rasulullah SAW,” Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS. Al Ahzab: 59).
Satu anjuran yang demikian bermakna menaungi kaum wanita, bagaimana Islam menjaga kaum wanitanya, menghindari perlakuan jahat dan yang tidak baik dari orang lain, baik laki-laki maupun orang yang ingin menganggu mereka dengan sadar maupun tidak.
Islam Membantah Tuduhan Barat
Stigma (pandangan) yang ditujukan oleh kalangan Barat terhadap ajaran Islam adalah, bahwa Islam tidak menghargai kedudukan wanita, memasung dan mengekang kebebasannya, tidak adil dan menjadikannya sebagai manusia kelas dua yang terkungkung dalam penguasaan kaum laki-laki serta hidup dalam kehinaan. Lalu, wanita Islam juga dicitrakan sebagai wanita terbelakang dan tersisihkan dari dinamika kehidupan tanpa peran nyata di masyarakat. Oleh karena itu, mereka menganggap, bahwa Islam adalah hambatan utama bagi perjuangan kesetaraan gender.
Kehadiran Rasulullah SAW, merupakan periode pertama pencerahan Islam. Rosulullah SAW mengubah kejahiliyahan melalui jalan damai, lemah lembut, dan mencerahkan. Dalam risalah perjuangan Nabi Muhammad SAW, terdapat nama Siti Aisyah binti Abu Bakar As-Shiddiq. Beliau menjadi istri Nabi Muhammad SAW yang kelak dijuluki Ummul Mukminin (Ibu orang-orang mukmin).
Sejarah mencatat rekam jejak Siti Aisyah sebagai istri Nabi yang pintar, cerdas, memiliki daya ingat tinggi, sholehah, dan beberapa kali Nabi SAW memberi peran Siti Aisyah masuk di medan peperangan. Siti Aisyah, dengan peran dan fungsinya sebagai istri Nabi SAW, menjadi tempat bertanya para sahabat Nabi. Kisah ini secara tegas membantah stigma para orientalis yang menuding perempuan Islam terbelakang. Para sejarahwan mencatat hampir seperempat bagian dari riwayat hadits bersumber dari Siti Aisyah. (mediadakwah.id).
Perempuan dan keberadaan generasi adalah satu jalinan mata rantai yang tak terpisahkan pengurusannya dalam sistem Islam kafah. Islam menetapkan, di samping sebagai hamba Allah SWT yang mengemban kewajiban-kewajiban individual sebagaimana halnya laki-laki, perempuan secara khusus memiliki tanggungjawab kepemimpinan sebagai ibu dan pengatur rumah tangga (ummun wa rabbah al-bayt). Sebagai ibu, perempuan wajib merawat, mengasuh, mendidik, dan memelihara anak-anaknya agar kelak menjadi generasi yang lebih baik dan mulia.
Wanita Islam juga diajak bermusyawarah. Tidak diperlakukan tunduk begitu saja, Ingat Firman Allah :”Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya.” (QS. Al Baqarah [2]: 233). Ini adalah berkaitan dengan kompromi tentang anak asuh bagi bayi yang ibunya tidak mampu memberi asi kepada anaknya.
Rasulullah SAW berpesan kepada umat manusia, agar berbuat kebaikanlah kepada Wanita. “Berpesanlah kebaikan kepada kaum perempuan karena mereka tercipta dari tulang rusuk. Sesungguhnya yang paling bengkok dari tulang rusuk adalah bagian atasnya. Jika kalian berusaha meluruskannya, engkau akan mematahkannya. Jika engkau membiarkannya, dia akan tetap bengkok. Oleh karena itu, berpesanlah kebaikan kepada kaum perempuan.” (HR Bukhari).
“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi laki-laki, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al Baqarah [2]: 228)
Apalagi alasan yang ditujukan oleh Barat mengenai penghormatan atau atas hak-hak Wanita dalam Islam. Mereka begitu dihormati, dan dijaga, tidak diabaikan serta diberikan kebebasan yang terjaga. Bahkan Ketika mereka bepergian pun harus dijaga, sebagai bukti penghormatan yang tinngi kepada kaum Wanita Islam.(*)