Tegurlah Anak dengan Lemah Lembut
Aku telah melayani Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wasallam selama 10 tahun
SATUJALAN NETWORK – Dalam ungkapan bijak disebutkan, sesungguhnya banyak melakukan celaan terhadap anak akan mengakibatkan penyesalan. Teguran dan celaan yang berlebihan akan berakibat anak makin berani melakukan tindakan keburukan dan hal-hal tercela.
Dalam Buku Tahapan Mendidik Anak Teladan Rasulullah Karya Jamaal ‘Abdur Rahman, disebutkan bahwa Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wasallam adalah orang yang paling menghindari mencela anak. Beliau tidak banyak melakukan teguran terhadap anak dan tidak pula banyak mencela sikap apa pun yang dilakukan oleh anak.
Tidaklah sekali-kali Nabi Shalallaahu ‘Alahi Wasallam mengambil sikap ini, termasuk dalam menanamkan perasaan punya malu serta menumbuhkan keutamaan sikap mawas diri dan ketelitian yang berkaitan erat dengan akhlak mulia.
Semua sentuhan pendidikan yang begitu tinggi dari Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wasallam pernah dialami Anas r.a yang pernah melayani Rasulullah, sebagaimana diungkapkan melalui hadits berikut:
“Aku telah melayani Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wasallam selama 10 tahun. Demi Allah, beliau tidak pernah mengeluarkan kata-kata hardikan kepadaku, tidak pernah menanyakan: `Mengapa engkau lakukan?’ Dan pula tidak pernah mengatakan: ‘Mengapa tidak engkau lakukan?’” (HR. Bukhari – Muslim)
Dalam riwayat lain disebutkan: “Tidaklah sekali-kali beliau memerintahkan sesuatu kepadaku, kemudian aku menangguhkan pelaksanaannya atau menyia-nyiakannya, lalu beliau mencelaku. Jika ada salah seorang dari ahli baitnya mencelaku, justru beliau membelaku: ‘Biarkanlah dia, seandainya hal itu ditakdirkan terjadi, pastilah akan terjadi.’” (Ahmad)
Sehubungan dengan hal ini, barangkali seseorang akan mengatakan, “Seandainya kita bersikap lemah-lembut dan banyak toleran, tentulah anak akan bertambah berani melakukan pelanggaran dan kita tidak bisa mengarahkan atau membimbingnya lagi.
Untuk ini penulis katakan, “Mengapa tidak berbuat kurang ajar, baik Anas, Ibnu `Abbas, Zaid Ibnu Haritsah, dan putranya Usamah Ibnu Zaid, anak-anak Ja`far, anak-anak pamannya, Al-‘Abbas, maupun anak-anak lainnya, yang pendidikan mereka ditangani oleh Nabi Shalallaahu ‘Alahi Wasallam sehingga mereka menjadi tokoh dan para imam pemberi petunjuk?
Lemah Lembut
Dalam surah Luqman Allah berfirman,” Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”. (QS. Luqman :13).
Dalam ayat ini, Allah memerintahkan agar setiap kita mengajari anak tidak sampai mempersekutukan Allah. Dan dengan demikian, anak pun agar mengikuti anjuran yang p[enuh dengan kesungguhan dalam mengkaji kehidupan ini dengan penuh makna.
Luqman dalam Al Quran sebagaimana yang difirmankan Allah, diperintahkan agar mendidik anak dengan lemah lembut dan berkata yang benar, tidak sampai menimbulkan kata-kata yang tidak beretika atau tidak memiliki kelemahlembutan.
Penulis: Bangun Lubuis