Tiada Mengapa Lelah Maraih Ridho Allah
“Walau menempuh jalan melelahkan, Aku Berharap Ridho Mu, ya Allah”
“Walau menempuh jalan melelahkan, Aku Berharap Ridho Mu, ya Allah”
Oleh: Bangun Lubis (Pimred Satujalan Network )
MENGAPA harus berlelah-lelah meraih ridho Allah. Karena tujuan meraih itu adalah sebuah keagungan dan semua kita mencari ridho Allah. Dengan ridho Allah lah kita dapat masuk ke dalam syurga. Kata ridho, bahasa Indonesia menjadi rela. Rela adalah bersedia dengan ikhlas, izin (persetujuan), berkenan, dapat diterima dengan senang hati, tidak mengharapkan imbalan, dengan kehendak atau kemauan sendiri (KBBI). Ridho berasal dari kata radhiya-yardha yang berarti menerima suatu perkara dengan lapang dada tanpa merasa kecewa ataupun tertekan. Kuncinya adalah Q.S. Al-Maidah ayat 3). Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kalian agama kalian, dan telah Kucukupkan kepada kalian NikmatKu. dan telah Kuridhoi Islam itu jadi agama bagi kalian. (Qs.Al-Maidah: 3).
Berarti, terimalah oleh kalian dengan rela Islam sebagai agama kalian, karena sesungguhnya Islam adalah agama yang disukai dan diridhai Allah, dan Dia telah mengutus rasul yang paling utama dan terhormat sebagai pembawanya, dan menurunkan Kitab-Nya yang paling mulia dengan melalui Rasulullah. (tafsir Ibnu Katsier). Agama Islam sudah dinilai sempurna oleh Allah. Sehingga tidak perlu ditambah-tambah. Allah ridho Islam dipakai umat untuk mengatur hidup dan akan dipakai sebagai sarana hisab di yaumul akhir kelak. “Sesungguhnya agama (yang diridhoi) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.”(Qs.Ali Imran: 19).
Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan: “Sebagai berita dari Allah Swt. yang menyatakan bahwa tidak ada agama yang diterima dari seseorang di sisi-Nya selain Islam, yaitu mengikuti para Rasul yang diutus oleh Allah Swt. di setiap masa, hingga diakhiri dengan Nabi Muhammad Saw. yang membawa agama yang menutup semua jalan lain kecuali hanya jalan yang telah ditempuhnya. Karena itu, barang siapa yang menghadap kepada Allah —sesudah Nabi Muhammad Saw. diutus— dengan membawa agama yang bukan syariatnya, maka hal itu tidak diterima oleh Allah. Hanya Islam yang diterima Allah.
Railah Ridho Allah untuk Surgamu
Meraih keridhoan Allah ta’ala adalah tujuan tertinggi dan teragung, bahkan ia merupakan tujuan para penghuni surga. Allah berfirman : ‘’Dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar. (QS At-Taubah : 72).
Maka tidak ada yang lebih dicintai dan lebih mulia serta lebih besar dari keridhoan Allah. Bahkan meraih keridhoan Allah adalah impian yang mulia, yang karenanya mata orang-orang yang khosyah menangis, hati-hati kaum sholihin bersiap-siap untuk meraihnya, serta kaki-kaki bengkak dan pecah karena sholat di kegelapan malam. Keridhoan ini dijadikan oleh Allah lebih dari surga, sebagai tambahan atas karunia surga.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Sesungguhnya Allah azza wa jalla berkata kepada penghuni surga, “Wahai penghuni surga..”, mereka berkata, “Kami memenuhi panggilanMu, kami menta’atiMu”. Allah berkata, “Apakah kalian ridho (puas)?”, maka mereka berkata, “Kenapa kami tidak ridho (puas) sementara Engkau telah memberikan kepada kami apa yang tidak Engkau berikan kepada seorangpun dari ciptaanMu”. Maka Allah berkata, “Maukah Aku berikan kepada kalian yang lebih baik dari ini?”. Mereka berkata, “Apakah yang lebih baik dari ini?”. Allah berkata, “Aku telah menurunkan kepada kalian keridhoanKu, maka Aku tidak akan marah kepada kalian setelah ini selama-lamanya” (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Mencari keridhoan Allah adalah poros kehidupan para Nabi dan kaum sholihin. Musa ‘alaihis salam bersegera menuju keridhoan Allah, beliau berkata sebagaimana Firman Allah : “Dan aku bersegera kepada-Mu. Ya Tuhanku, agar supaya Engkau ridha (kepadaku)”. (QS Thoha : 84). Nabi Sulaiman bersyukur kepada Robnya dengan beramal dalam mengharapkan keridhoanNya.
Ia berkata “Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhoi; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”. (QS An-Naml : 19).
Dan kita melihat adab yang tinggi ini dari pemilik adab yang agung yaitu Rasul kita shallallahu ‘alaihi wasallam, dimana beliau beradab –dalam berucap- kepada Robnya tatkala bersedih karena mengharap keridhoanNya tatkala Ibrahim putra beliau wafat. Beliau berkata :“Mata menangis, hati bersedih, dan kami tidaklah mengucapkan kecuali yang mendatangkan keridhoan Rob kami, dan sungguh kami bersedih dengan kepergianmu wahai Ibrahim” (HR Muslim).
Kita amatlah menanti Ridho Allah
Tujuan yang tertinggi di sisi Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam adalah meraih keridhoan Allah, dan kehidupan beliau berporos kepada mencari keridhoan Allah. Beliau memohon kepada Allah agar Allah memberi petunjuk kepadanya untuk melakukan amalan yang mendatangkan keridhoan Allah subhanahu, beliau berkata : “Aku memohon kepada Mu dari amalan yang Engkau ridhoi”. Beliau juga berkata : “Jadikanlah kami ridho (menerima) dan ridhoilah kami”.
Beliau juga berkata : “Segala puji bagiMu hingga Engkau ridho”. Maka kehidupan dibawah naungan tujuan ini, dan mendidik jiwa di atas tujuan ini, akan mengumpulkan kebaikan agama dan dunia, mengasas pertumbuhan yang terarah maju, keberhasilan yang berkesinambungan dalam seluruh perencanaan dan kegiatan kita, yaitu tatkala kita menjadikan misi kita yang tertinggi adalah meraih keridhoan Allah.
Tentu tidak sama antara orang yang mencari keridhoan Allah dengan orang yang kembali membawa kemurkaan Allah dalam menyelusuri jalan kehidupan dan perkembangannya, dalam harta, dan dalam kesudahan.
Barangsiapa yang mencari keridhoan Allah maka ia akan mengikuti perintahNya dan menjauhi laranganNya, menempuh jalan orang-orang yang sholeh, serta beramal dengan amalan orang yang selalu merasa diawasi dan dilihat oleh Robnya. Maka ia akan semangat menuju ketaatan Allah, dan ia akan mengarahkan dunianya kepada jalan Allah, dan ia akan memakmurkan bumi dengan kebaikan dan keterampilan.
Allah berfirman : ‘’Apakah orang yang mengikuti keridhaan Allah sama dengan orang yang kembali membawa kemurkaan (yang besar) dari Allah. (QS Ali Imron : 162). Ini merupakan peraturan yang mulia, tidak sama antara orang yang mengikuti keridhoan Allah dengan orang yang kembali membawa kemarahan Allah. Barangsiapa yang memilih keburukan sebagai jalannya maka ia menyelisihi perintah Allah, melanggar laranganNya, bumipun tertimpa kemudorotan karena buruknya dan hukuman maksiat yang ia lakukan, dan ia kembali dengan kemurkaan Allah.
Ustadz Firanda menulis, bahwa kaum mukminin berusaha meraih keridhoan Allah dengan megikhlaskan amal hanya untuk Allah, yang hal ini akan mengangkat nilai amalan, dan memperindah kesempatan produktivitas, serta memperkuat kualitas produk.
Allah ta’aala berfirman: “Padahal tidak ada seseorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya, tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya yang Maha tinggi. Dan kelak Dia benar-benar mendapat kepuasan. (QS Al-Lail : 19-21). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :’’Barangsiapa yang meninggalkan dunia di atas keikhlasan hanya untuk Allah semata tidak ada sekutu bagiNya, dan menegakkan sholat serta menunaikan zakat, maka ia telah meninggalkan dunia dalam kondisi Allah ridho kepadanya” (HR Ibnu Maajah, dan dishahihkan oleh Al-Hakim dalam Al-Mustadrok).(*)