Ikhlas dengan Tiada Berharap Balasan Kecuali dari Allah
“ Hanya Ridho Allah yang kita harapkan dari keikhlasan perbuatan”
Oleh: Bangun Lubis ( Pemimpin Redaksi Satujalan Network)
SATUJALAN NETWORK – Beramal salih itu perlu ikhlas. Tidak boleh niat selain hanya karena Allah, atau riya’. Bukan pula supaya cita-cita di dunia dapat terwujud, bukan supaya sehat dan kuat, bukan pula supaya banyak rezeki, tetapi hendaklah ikhlas mencapai keridhaan Allah Ta’ala semata.
Secara bahasa, ikhlas berasal dari kata khalsha yang berarti murni, bersih, dan terbebas dari segala sesuatu yang mencampuri dan mengotorinya. Sedangkan menurut istilah, ikhlas dapat didefinisikan dengan menjadikan tujuan hanya untuk Allah ketika beribadah.
Menurut Mahmud Ahmad Mustafa dalam buku Dahsyatnya Ikhlas, yang muat di laman kumparan.com, ikhlas merupakan pengharapan terhadap ridha Allah semata tanpa mengharapkan yang lain, terutama pengakuan atau pujian dari manusia. Orang yang ikhlas adalah orang yang memfokuskan tujuan dan maksud dari setiap perbuatannya hanya kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun.
“Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum daripada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya.” (QS. An-Nahl: 66). Pada ayat ini, Allah memberikan pelajaran kepada umat-Nya melalui binatang ternak. Dia telah memisahkan susu dari bercampurnya kotoran dan darah, padahal ketiganya berada dalam satu tubuh. Itulah makna ikhlas, yaitu sesuatu yang bersih dan murni dari segala campuran.
Ada orang bilang, sulit sekali melakukan keikhlasan itu, namun begitulah tuntunannya. Makanya kita dianjurkan untuk melatih diri secara perlahan-lahan karena memang menganut pada tuntunan. Ada kalanya, ingin solat tahajjud agar kuat, puasa agar sehat dan salat dhuha agar diberikan rezeki. Memang semua yang dilakukan suatu amalan yang baik. Tetapi niat di dalam hati senyatanya tidak ikhlash karena Allah, namun hanya ingin mendapatkan tujuan-tujuan duniawi semata. Kalau memang demikian, mereka bisa termasuk orang-orang yang tercela sebagaimana disebutkan dalam ayat berikut.”Dengan Amalan Sholeh Hanya Mengharap Keuntungan Dunia, Sungguh Akan Sangat Merugi.’’
Ikhlas Berharap Balasan Akhirat
Allah Ta’ala berfirman; “Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Hud(11): 15-16). Ustads Imron Taslim pada kajian, di Mesjid Al Furqon Palembang mengupas bagimana hamba Allah dalam mencapai tingkat keimanan yang berkualitas tinggi. Diibaratkan bahwa usaha-usaha atau ibadah yang dilakukan hendaklah karena Allah untuk bekal akhirat, bukan untuk kehidupan dunia apalagi kemewahan dan kegembiraan semata. Maksud dari “Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia” yaitu barangsiapa yang menginginkan kenikmatan dunia dengan melakukan amalan akhirat. Yang dimaksud “perhiasan dunia” utamanya adalah harta dan anak.
Mereka yang beramal seperti ini: “niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan”. Maksudnya adalah mereka akan diberikan dunia yang mereka inginkan. Ini semua diberikan bukan karena mereka telah berbuat baik, namun semata-mata akan membuat terlena dan terjerumus dalam kebinasaan karena rusaknya amalan mereka. Dan juga mereka tidak akan pernah yubkhosuun, yaitu dunia yang diberikan kepada mereka tidak akan dikurangi. Ini berarti mereka akan diberikan dunia yang mereka cari seutuhnya (sempurna). Dunia, mungkin saja mereka peroleh. Dengan banyak melakukan amalan sholeh, boleh jadi seseorang akan bertambah sehat, rizki semakin lancar dan karir terus meningkat. Dan itu senyatanya yang mereka peroleh dan Allah pun tidak akan mengurangi hal tersebut sesuai yang Dia tetapkan. Namun apa yang mereka peroleh di akhirat?. Lihatlah firman Allah selanjutnya (yang artinya), “Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka”. Inilah akibat orang yang hanya beribadah untuk mendapat tujuan dunia saja. Mereka memang di dunia akan mendapatkan apa yang mereka inginkan. Adapun di akhirat, mereka tidak akan memperoleh pahala karena mereka dalam beramal tidak menginginkan akhirat. Perlu diingatlah, balasan akhirat hanya akan diperoleh oleh orang yang mengharapkannya. Allah Ta’ala berfirman;“Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mu’min, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.” (QS. Al Israa’: 19).
Dikatakan: “…lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan”. Ini semua dikarenakan mereka dahulu di dunia beramal tidak ikhlas untuk mengharapkan wajah Allah sehingga ketika di akhirat, sia-sialah amalan mereka. (Dapat juga dilihat penjelasan ayat ini di I’aanatul Mustafid, 2/92-93). Sungguh betapa banyak orang yang melaksanakan shalat malam, puasa sunnah dan banyak sedekah, namun itu semua dilakukan hanya bertujuan untuk menggapai kekayaan dunia, memperlancar rizki, umur panjang, dan lain sebagainya. Mengutip, Ibnu ‘Abbas –radhiyallahu ‘anhu- menafsirkan surat Hud ayat 15-16. Beliau –radhiyallahu ‘anhu- mengatakan, “Sesungguhnya orang yang riya’, mereka hanya ingin memperoleh balasan kebaikan yang telah mereka lakukan, namun mereka minta segera dibalas di dunia.”
Ibnu ‘Abbas juga mengatakan, “Barangsiapa yang melakukan amalan puasa, shalat atau shalat malam namun hanya ingin mengharapkan dunia, maka balasan dari Allah: “Allah akan memberikan baginya dunia yang dia cari-cari. Namun amalannya akan sia-sia (lenyap) di akhirat nanti karena mereka hanya ingin mencari dunia. Di akhirat, mereka juga akan termasuk orang-orang yang merugi”.” Perkataan yang sama dengan Ibnu ‘Abbas ini juga dikatakan oleh Mujahid, Adh Dhohak dan selainnya. Qotadah mengatakan, “Barangsiapa yang dunia adalah tujuannya, dunia yang selalu dia cari-cari dengan amalan sholehnya, maka Allah akan memberikan kebaikan kepadanya di dunia. Namun ketika di akhirat, dia tidak akan memperoleh kebaikan apa-apa sebagai balasan untuknya. Adapun seorang mukmin yang ikhlash dalam beribadah (yang hanya ingin mengharapkan wajah Allah), dia akan mendapatkan balasan di dunia juga dia akan mendapatkan balasan di akhirat.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, tafsir surat Hud ayat 15-16).
Orang yang beramal dengan ikhlash, hanya ingin mengharap wajah Allah? Di akhirat dia akan memperoleh pahala yang berlipat ganda.. Allah Ta’ala berfirman,: “Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat.” (QS. Asy Syuraa: 20). Ibnu Katsir –rahimahullah- menafsirkan ayat di atas, “Barangsiapa yang mencari keuntungan di akhirat, maka Kami akan menambahkan keuntungan itu baginya, yaitu Kami akan kuatkan, beri nikmat padanya karena tujuan akhirat yang dia harapkan. Kami pun akan menambahkan nikmat padanya dengan Kami balas setiap kebaikan dengan sepuluh kebaikan hingga 700 kali lipat hingga kelipatan yang begitu banyak sesuai dengan kehendak Allah.
Namun jika yang ingin dicapai adalah dunia dan dia tidak punya keinginan menggapai akhirat sama sekali, maka balasan akhirat tidak akan Allah beri dan dunia pun akan diberi sesuai dengan yang Allah kehendaki. Dan jika Allah kehendaki, dunia dan akhirat sekaligus tidak akan dia peroleh. Kondisi manusia seperti ini hanya merasa senang dengan keinginannya saja, namun barangkali akhirat dan dunia akan lenyap seluruhnya dari dirinya.”(*)