MUAMALAH

 Bentengi Diri dari Dunia yang Melenakan, Gempuran Zaman Makin Gencar

Siapkan bekal untuk menuju perjalanan panjang melelahkan

SATUJALAN NETWORK – Setiap seorang yang beragama Islam percaya tujuan penciptaan dirinya dan keberadaannya di dunia ini tidak lain adalah beribadah kepada Allah Ta’ala. Hanya saja, tidak sedikit yang akhirnya melupakan hal tersebut sehingga terjerumus dalam kecintaan yang dalam pada nikmat dunia.’’Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (QS. Ad Zariyad (51): 56).

Dunia memang indah dan manis. Itu pula yang membuat manusia seperti kita ini menjadi lupa bahwa sebenarnya kemilau dunia hanya sementara saja, dan akhirnya kita akan kembali kepangkuan Allah Ta’ala menuju akhirat.   Jabatan dan harta kekayaan serta kesibukan yang kita jalani sekarang ini semuanya akan berakhir.  Bila dunia ini hanya persinggahan, lalu mengapa kita tidak membanyakkan bekal untuk melanjutkan perjalanan ke akhirat sebagi temppat terakhir kita itu

Dunia itu bagaikan fatamorgana,”. Dunia adalah kehidupan yang tidak abadi, kebahagiaan yang menipu, dan kesenangan yang semu. Namun, sangat disayangkan masih saja banyak yang tertipu. Apakah mereka ini tidak tahu, atau pura-pura tidak tahu akan hakikat dunia yang sebenarnya? Dunia ini fana, dan kenikmatan di dalamnya juga sementara. Dunia ini hina, tidak sebanding dengan nilai seekor nyamuk yang lemah tanpa daya. Bahkan dunia ini pun terlaknat, beserta apa yang ada di dalamnya, kecuali kebaktian, kebajikan, dan amal saleh.

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu” (QS. al-Hadîd [57]: 20).

Inilah dunia yang banyak membuat orang teperdaya. Ia tak lain sekadar permainan yang hasilnya hanya kecapekan dan kelalaian belaka. Dunia menyibukkan orang dari hal-hal yang bermanfaat untuk kehidupan akhirat. Dunia tak lebih dari sebuah tanaman yang tumbuh subur di musim hujan, yang tidak seberapa lama kemudian layu dan mengering di musim kemarau. Dan akhirnya bak anai-anai yang beterbangan ditiup angin. Sungguh, betapa cepatnya tanaman itu binasa.

Ingatlah, kita hanya punya satu persinggahan. Jadi jangan sampai persinggahan yang sekali ini tak mampu dimanfaatkan dengan seapik mungkin. Merenunglah sejenak saat kepenatan hidup menghimpit. Lihatlah jauh di sana, apakah kita benar-benar sudah siap kelak ketika harus kembali pulang menghadap-Nya? Timbanglah seberapa besar kesiapan itu. Jika dunia ini persinggahan, mengapa sebagian kita tak sadar atas segala kemaksiatan yang sering dilakukan.

Perlu kita ingat banyak diantara manusia meninggal saat menjalankan kemaksiatan. Sungguh sebuah peristiwa yang menyedihkan. Kita tidak berfikir bahwa hidup di dunia ini hanyalah sebuah jalan menuju kehidupan sesungguhnya; akhirat. Demikian sebuah renungan  yang perlu untuk kita . Di memberikan peringatan kepada kita waktu menuju akhirat begitu cepat mendekat.

Dunia yang melenakan dan menipu

Namun masih banyak dari kita yang menunda-nunda untuk mencari bekal menuju kehidupan abadi selamanya itu. Karena itu Allah SWT mengingatkan kita dalam firman-Nya yang artinya, “Telah dekat kepada manusia hari (yang akan) menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya).”  (QS. Al Anbiya : 1).

Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan (ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa di hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) kecuali hanya sesaat di siang hari.” (QS.Yunus : 45).  Ada dua bekal utama yang harus dipersiapkan setiap muslim guna menempuh perjalanan akhirat yaitu; Bekal ImanDengan iman yang kokoh ini hati bisa bersabar dalam menerima berbagai cobaan.

Baca Juga  Satu Kebaikan Saja, Dibalas Berlipatganda

Dengan iman, Allah akan menjadikan hati semakin istiqomah dalam menempuh perjalanan hidup yang singkat ini. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.” (QS. Ibrahim : 27). Kehidupan di akhirat di sini maksudnya kehidupan dalam kubur. Kemudian, Bekal Amal Shalih; Dengan amal shalih inilah yang akan memasukkan kita ke dalam surga. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shalih ke dalam surga-surga yang bawahnya mengalir sungai-sungai.” (QS. Al Hajj: 14).

Ketahuilah, kebahagiaan di dunia ini tak akan tercapai kecuali dengan menjadikannya jalan menuju akhirat. Di sanalah kenikmatan yang abadi berada. Sesuatu yang belum pernah terlihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terlintas di hati manusia.

Terkait dengan bekal menuju akhirat itu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam 14 abad silam pernah mengingatkan kita dalam sabdanya, ”Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan orang asing atau pengembara.”  Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu berkata, “Jika engkau berada di waktu sore hari, maka jangan menunggu pagi hari dan jika engkau di pagi hari janganlah menunggu sore. Pergunakanlah waktu sehatmu sebelum kamu sakit dan pergunakanlah waktu hidupmu sebelum kamu mati.” (HR.Bukhari).

Jadi saudaraku, mari kita persiapkan bekal sebanyak dan sebaik mungkin untuk menuju perjalanan panjang yang melelahkan dalam kehidupan yang kekal lagi abadi; kampung akhirat. Tanyakan pula dalam diri kita, “Selama hayat dikandung badan, sudah berapa banyak dan seberapa berkualitasnya bekal akhirat yang kita persiapkan.

Bayangkan ketika seorang pemuda pemudi sedang memadu kasih dan melampiaskan syahwat bejatnya, lalu disaat yang sama malaikat Izrail datang dan mencabut nyawanya? Apakah ia juga termasuk dalam golongan orang yang mati dalam lingkup husnul khatimah? Sebaliknya, jika ada seorang yang taat beribadah, gemar berbuat kebaikan dan senang menolong sesama, lalu pada saat bersamaan ia dipanggil oleh Allah melalui malaikat Izrail dalam keadaan selepas mendirikan shalat? Maka ia termasuk orang yang wafat dalam keadaan husnul khatimah. Ada banyak kisah yang mestinya menjadi ibroh bagi kita dalam menjalani kehidupan fana ini. Tak sedikit orang yang mati saat ia berada dalam pelukan hangat seorang wanita tuna susila. Tak sedikit orang yang mati selepas pesta miras. Tak sedikit pula orang yang mati saat ia sedang asyik bermesraan dengan lawan jenis yang belum halal baginya. Tak sedikit orang yang mati saat sedang asyik berjudi bersama teman-temannya. Begitulah kuasa Ilahi. Dia berhak menentukan kapan seseorang itu harus kembali kepada-Nya.

Bekal Berkualitas

Selama menjalani kehidupan di dunia fana ini, tentu setiap kita mempunyai label hidup sebagai hamba yang berbeda-beda. Setiap kita diberi kebebasan untuk memilih mau menjadi apa atau siapa. Tak ada orang lain yang akan menghalang-halangi kita untuk menjadi apa atau siapa pun. Hanya saja, apakah setelah kita menjadi siapa dan apa itu mampu mempersiapkan bekal yang berkualitas? Mengapa demikian, sebab ada orang yang hidup hanya sekedar untuk hidup. Ia kurang atau tidak berfikir bahwa hidup di dunia ini hanyalah sebuah jalan menuju kehidupan sesungguhnya; akhirat.

Bukan tidak mungkin sebelum kita mempersiapkan bekal-bekal penuh kualitas itu ternyata deadline hidup kita sudah hampir tiba. Bukan tidak mungkin, saat kita sedang sibuk-sibuknya bermaksiat dan belum sempat tobat ternyata garis finis ruh di jasad ini sudah harus ‘kembali’ pada-Nya. Saat-saat seperti itulah manusia baru tersadar betapa hidup ini begitu singkat dan penuh teka teki. Apa daya dan bagaimana mungkin mempersiapkan bekal-bekal berkualiatas itu ketika malaikat pencabut nyawa sudah hadir di depan mata? Menyesal karena kurang mempersiapkan bekal-bekal berkualitas tentu hanya terjadi belakangan. Tak ada penyesalan di dunia ini yang terjadi di depan.

Baca Juga  Jauhilah Sifat Suka Menipu

Jika bicara bekal berkualitas, itu artinya ada juga bekal tak berkualitas. Bekal berkualias adalah bekal-bekal yang dijalani selama hayat dikandung badan dengan orientasi yang ending-nya adalah ridha Ilahi. Tak sedikit orang yang patah semangat dalam mempersiapkan bekal-bekal berkualitas itu. Tapi tak banyak pula orang yang mampu mencapai tujuan akhirnya dengan prestasi bekal berkualitas itu. Sebab tantangan untuk mendapatkan bekal berkualitas itu tak semudah mengucapkannya. Ada ujian yang tak kalah besar untuk merangkai bekal-bekal berkualitas yang masih berserakan itu.

Layaknya menuju sebuah perjalanan yang panjang lagi melelahkan, maka seseorang dalam menempuhnya tentu akan membawa bekal sebagai persiapan. Tak berbeda dengan perjalanan menuju akhirat, kita pun membutuhkan bekal yang tak sedikit. Walau akhirat itu benar adanya, tapi tidak setiap orang pandai mempersiapkan bekal untuk menghadapinya. Karena itu, banyak di antara manusia yang lalai dan lengah sebab terlena dengan gemerlapnya dunia fana. Padahal waktu yang diberikan-Nya untuk beramal di dunia ini hanya sebentar. Waktu yang singkat itulah bakal yang akan menentukan kehidupan abadi seseorang di akhirat kelak.

Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan (ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa di hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) kecuali hanya sesaat di siang hari.” (QS.Yunus : 45)

Waktu menuju akhirat begitu cepat mendekat. Namun masih banyak dari kita yang menunda-nunda untuk mencari bekal menuju kehidupan abadi selamanya itu. Karena itu Allah SWT mengingatkan kita dalam firman-Nya yang artinya, “Telah dekat kepada manusia hari (yang akan) menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya).”  (QS. Al Anbiya : 1) Ada dua bekal utama yang harus dipersiapkan setiap muslim guna menempuh perjalanan akhirat yaitu;

 

Pertama, Bekal Iman

Dengan iman yang kokoh ini hati bisa bersabar dalam menerima berbagai cobaan. Dengan iman, Allah akan menjadikan hati semakin istiqomah dalam menempuh perjalanan hidup yang singkat ini. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.” (QS. Ibrahim : 27). Kehidupan di akhirat di sini maksudnya kehidupan dalam kubur. Dengan amal shalih inilah yang akan memasukkan kita ke dalam surga. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shalih ke dalam surga-surga yang bawahnya mengalir sungai-sungai.” (QS. Al Hajj: 14). Terkait dengan bekal menuju akhirat itu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam 14 abad silam pernah mengingatkan kita dalam sabdanya, ”Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan orang asing atau pengembara.” Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu berkata, “Jika engkau berada di waktu sore hari, maka jangan menunggu pagi hari dan jika engkau di pagi hari janganlah menunggu sore. Pergunakanlah waktu sehatmu sebelum kamu sakit dan pergunakanlah waktu hidupmu sebelum kamu mati.” (HR.Bukhari).

Jadi saudaraku, mari kita persiapkan bekal sebanyak dan sebaik mungkin untuk menuju perjalanan panjang yang melelahkan dalam kehidupan yang kekal lagi abadi; kampung akhirat. Tanyakan pula dalam diri kita, “Selama hayat dikandung badan, sudah berapa banyak dan seberapa berkualitasnya bekal akhirat yang kita persiapkan…?.(*)

 Penulis: Bangun Lubis

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button