Dampak Buruk dari Maksiat

Oleh: Bangun Lubis
Setiap manusia pernah berbuat salah. Namun, ketika dosa dan maksiat dilakukan terus-menerus tanpa rasa penyesalan, di situlah hati mulai mengeras dan kehidupan perlahan kehilangan arah. Dalam pandangan Islam, maksiat bukan sekadar pelanggaran terhadap aturan Allah, tetapi juga racun yang menggerogoti jiwa, merusak akal, melemahkan iman, dan mendatangkan kesengsaraan baik di dunia maupun akhirat.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
> “Dan janganlah kamu mendekati perbuatan keji, baik yang tampak maupun yang tersembunyi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat keji.”(QS. Al-An’am: 151)
Ayat ini menegaskan bahwa maksiat adalah sesuatu yang dibenci Allah, bahkan sekadar mendekatinya pun dilarang. Karena maksiat bukan hanya perbuatan, tetapi juga proses yang perlahan menjerumuskan seseorang dari ketenangan menuju kebinasaan.
1. Maksiat Menggelapkan Hati
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, *“Dosa adalah sebab gelapnya hati, dan cahaya tidak akan berkumpul bersama kegelapan.”*
Hati seorang mukmin sejatinya seperti cermin bening; ia memantulkan cahaya petunjuk. Namun, setiap kali dosa dilakukan, cermin itu ternoda oleh titik hitam. Bila dibiarkan, lama-lama hati menjadi gelap dan sulit menerima kebenaran. Di titik inilah seseorang tidak lagi merasakan nikmatnya ibadah dan lezatnya mengingat Allah.
2. Mengundang Bala dan Kesempitan Hidup
Dosa tidak hanya merusak hubungan dengan Allah, tetapi juga membawa akibat di dunia. Allah berfirman:
> “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).”(QS. Asy-Syura: 30).
Betapa sering kita menyalahkan nasib atau orang lain atas kesulitan hidup, padahal akar masalahnya adalah maksiat yang kita lakukan sendiri. Rezeki terasa sempit, doa tak terkabul, hati gelisah — semua itu seringkali karena kita menjauh dari ketaatan.
3. Menghapus Barakah dalam Hidup
Barakah bukan hanya banyaknya harta, tapi ketenangan, keberkahan waktu, dan kedamaian hati. Orang yang tenggelam dalam maksiat akan kehilangan barakah itu. Ia bisa saja kaya, tapi hidupnya hampa; terkenal, tapi batinnya kosong. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya seorang hamba dihalangi dari rezeki karena dosa yang dilakukannya.”(HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
Dosa membuat seseorang kehilangan keberuntungan yang mestinya Allah anugerahkan, seperti peluang kebaikan, teman saleh, atau kesempatan memperbaiki diri.
4. Maksiat Menjadi Jalan Menuju Kehancuran
Setiap dosa yang diulang tanpa taubat memperkuat ikatan setan atas diri seseorang. Dari dosa kecil yang dianggap sepele, seseorang bisa terjerumus dalam dosa besar. Sebagaimana pepatah Arab mengatakan, *“Dosa kecil yang dilakukan terus-menerus akan menjadi dosa besar.”*
Inilah sebabnya Rasulullah ﷺ selalu beristighfar setiap hari, meski beliau maksum, agar umatnya tidak terbiasa berbuat dosa dan lalai dari taubat.
5. Taubat Adalah Jalan Pulang
Sekalipun maksiat begitu merusak, rahmat Allah selalu lebih luas. Dalam firman-Nya:
> “Katakanlah: Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.”(QS. Az-Zumar: 53)*
Ayat ini adalah pintu harapan bagi siapa pun yang ingin kembali. Allah tidak menutup pintu-Nya bagi pendosa, selama ia masih mau menyesal dan berjanji memperbaiki diri.
Maka, jangan biarkan maksiat merampas cahaya hati dan menutup jalan menuju ridha-Nya. Kembali kepada Allah bukan tanda kelemahan, melainkan bukti kekuatan iman yang masih hidup. Karena sesungguhnya, kebahagiaan sejati hanya ada dalam ketaatan kepada-Nya.



