Berhijrah, Ditahun Baru Hijriah 1447

Oleh: Albar Santosa Subari ( Cendekiawan Muslim Sumsel)
SATU Muharram atau tahun baru Hijriah ditandai dengan pindahnya Nabi Muhammad Saw, dari Mekkah ke Madinah 14 abad silam.
Di samping itu, setiap menyambut datangnya tahun baru Hijriah selalu didahului oleh dua peristiwa penting dalam Islam, yaitu
1, idul Fitri, 1 Syawal sebagai akhir puasa
2, idul adha, 10 Zulhijjah puncak pelaksanaan ibadah haji.
Baik idul Fitri dan idul Adha kalau diamati lebih dalam memiliki makna dan hubungan yang erat dengan satu Muharram, datangnya tahun baru Islam.
Seorang yang akan pindah, selayaknya dia mempersiapkan bekal. Pindah untuk menuju satu tahun ke depan, tentu dia dituntut lebih siap lagi.
Bekal yang diwajibkan Allah untuk persiapan satu tahun adalah puasa dan haji. Ibadah puasa bertujuan agar kita mampu mengendalikan hawa nafsu, sedangkan ibadah haji untuk melawan dan menundukkan godaan setan yang terkutuk.
Puasa memang dikhususkan untuk mengendalikan hawa nafsu. Sebagai mana disebut dalam sebuah hadits.
Pada bulan puasa setan setan diikat, sedangkan pintu pintu surga dibuka ( H.R. Bukhari).
Allah mengikat setan selama bulan puasa agar seseorang memusatkan dirinya mengendalikan hawa nafsu yang berasal dari dalam dirinya, yaitu nafsu perut dan seks.
Apabila masih terjadi kemaksiatan di mana mana di bulan suci Ramadhan, berarti manusia itu sendiri tabiatnya sama dengan setan, karena disebutkan dalam surat An. Naas: ayat 6, bahwa setan itu terdiri dari 2 golongan, yaitu jin dan golongan manusia.
Setelah selesai mengendalikan hawa nafsu, diharapkan kita semua LULUS, di hari yang Fitri ( ( 1 Syawal) menjadi insan yang bertaqwa, kita kemudian dituntut untuk menghadapi dan bahkan melenyapkan musuh yang berasal dari luar, yaitu godaan setan. Kendati godaan setan dan nafsu sama sama tidak nampak, keduanya berbeda dalam cara ddn tujuan.
Sungguh Allah SWT, telah mengatur urutan urutan itu, yakni mulai dari perintah puasa dan idul Fitri nya. Kemudian Haji dan idul Adha dengan menyembelih hewan qurban, akhirnya menyambut tahun baru hijriah dalam puncak ke taqwaan.
Kondisi puncak ketaqwaan inilah yang harus kita pertahankan sejak memasuki tahun baru hijriah hingga 11 bulan kedelapan sampai ketemu bulan suci Ramadhan lagi.
Kondisi seperti ini…. Berulang ulang sepanjang tahun, menjadi hamba Allah yang bertaqwa ini terus menerus kita pertahankan hingga ajal menjemput kita, Insya Allah kalau kita bisa seperti ini… kita dimatikan Allah SWT….. Dalam keadaan KHUSNUL KHATIMAH ( akhir yang baik). Aamiin.