Membalas Luka dengan Pelukan: Kekuatan Lembut yang Mengalahkan Dunia

Oleh Bangun Lubis – Wartawan Muslim
Di dunia yang makin riuh dengan kemarahan, balas dendam seolah menjadi kewajaran. Kejahatan dibalas dengan kejahatan.
Kebencian dibalas dengan ujaran. Namun Islam, sejak wahyu pertama turun, mengajarkan jalan yang berbeda: jalan cinta, jalan maaf, jalan yang tidak masuk akal bagi mereka yang hanya hidup dengan logika dunia.
*“Tolaklah kejahatan dengan cara yang lebih baik, maka orang yang antaramu dan dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang setia.”*(QS. Fussilat: 34)*
Ayat ini bukan sekadar petunjuk—ia adalah revolusi moral. Ia menantang kita, orang-orang beriman, untuk tidak larut dalam siklus keburukan. Bahwa ketika engkau disakiti, direndahkan, dihina, atau bahkan dikhianati, engkau tetap memilih jalan cahaya.
Inilah kekuatan sejati seorang mukmin.
Ia bukan hanya mampu menahan amarah, tapi juga menaklukkan hati musuhnya dengan kelembutan. Ia tidak kalah, justru menang—tanpa merusak siapa pun.
Lihatlah bagaimana Rasulullah SAW diperlakukan penduduk Thaif. Ia dihina, dilempari batu, dikejar keluar kota. Malaikat Jibril datang menawarkan pembalasan: bumi bisa dihancurkan atas perintahnya. Tapi apa jawab Rasulullah?
“Jangan. Mungkin dari anak cucu mereka kelak akan lahir orang-orang yang beriman.”
Itulah cinta. Cinta yang tidak membalas luka dengan racun, tapi dengan doa. Itu bukan kelemahan, tapi kebesaran jiwa. Sebuah keberanian yang hanya dimiliki oleh mereka yang hidup dalam petunjuk Allah.
Kita bukan tidak bisa membalas. Kita hanya memilih untuk lebih bijak.
Karena membalas keburukan dengan keburukan hanya akan memperpanjang rantai dendam. Tapi membalas keburukan dengan kebaikan—itulah yang memutus rantai dan menyembuhkan luka.
*“Dan janganlah kebencian terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.”*(QS. Al-Ma’idah: 8)*
Sebagai wartawan muslim, saya percaya bahwa pena kita tak hanya untuk menuliskan kebenaran, tapi juga menyebarkan kedamaian. Dalam dunia informasi yang kadang penuh fitnah, tugas kita adalah menjadi cahaya—bukan bara.
Dan kepada siapa pun yang hari ini sedang mengalami perlakuan tidak adil, dizalimi, difitnah, atau dilukai oleh sesama, izinkan saya berkata: tenanglah. Balaslah dengan kebaikan. Karena Allah sedang melihat siapa yang tetap sabar dalam badai, dan siapa yang memilih jalan langit saat bumi begitu menggoda untuk membalas.
**Balaslah luka dengan pelukan. Balaslah fitnah dengan senyuman. Balaslah pengkhianatan dengan ketulusan. Itulah kemenangan hakiki.**
Dan percayalah, kemenangan itu tidak selalu terdengar di dunia, tapi pasti dirayakan di langit.