< Jangan Suka Berbohong — Luka yang Tak Terlihat, Dosa yang Tak Terasa - Satujalan.com
DUNIA ISLAM

Jangan Suka Berbohong — Luka yang Tak Terlihat, Dosa yang Tak Terasa

Oleh: Bangun Lubis

 

Berbohong adalah dosa yang tak selalu terasa besar di lidah, namun berakar dalam di hati. Ia seperti racun manis yang menenangkan sejenak, tetapi perlahan mematikan kepercayaan dan mengeraskan nurani.

Manusia mungkin bisa menipu sesamanya, tapi tidak bisa bersembunyi dari pandangan Allah yang Maha Mengetahui segala yang tersembunyi di balik kata dan niat.

**Luka dari Kata yang Tak Benar**

Setiap kebohongan membawa luka — meski kadang tak terlihat. Ia melukai hati orang lain, merusak hubungan, dan menodai diri sendiri. Orang yang terbiasa berbohong mungkin merasa aman sementara, tapi dalam batinnya tumbuh kegelisahan yang tak terucap. Kejujuran mungkin terasa pahit di awal, tapi ia menyembuhkan jiwa dan memuliakan hidup.

Allah ﷻ berfirman:

> **يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ**

> *“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan jadilah kamu bersama orang-orang yang benar.”*

> (QS. At-Taubah [9]: 119)

Ayat ini adalah seruan cinta dari Allah untuk hamba-hamba-Nya yang beriman: agar mereka menjaga kejujuran, baik dalam kata, niat, maupun amal. Kejujuran bukan sekadar berkata benar, tapi juga hidup dalam kebenaran.

**Perintah Allah dan Larangan Berdusta**

Dalam Al-Qur’an, Allah juga menegaskan:

> **إِنَّمَا يَفْتَرِي الْكَذِبَ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْكَاذِبُونَ**

> *“Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta.”*

> (QS. An-Nahl [16]: 105)

Ayat ini keras, tapi nyata. Allah menilai kebohongan sebagai ciri orang yang lemah imannya. Sebab siapa yang yakin Allah selalu melihat dan mendengar, tak akan tega memutarbalikkan kebenaran demi keuntungan sesaat.

Rasulullah ﷺ bersabda:

> **“Sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke surga. Sedangkan kebohongan membawa kepada kejahatan, dan kejahatan membawa ke neraka. Seseorang senantiasa berbohong hingga ia dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.”**

> (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menjelaskan bahwa setiap kali seseorang jujur, Allah mendekatkannya pada surga. Namun setiap kali ia berdusta, Allah menjauhkannya dari cahaya hidayah. Betapa halus dan seriusnya pengaruh kebohongan terhadap iman.

**Pandangan Ulama tentang Dusta**

Imam Al-Ghazali dalam *Ihya’ Ulumuddin* menulis:

> “Bohong adalah mengaburkan kebenaran dengan ucapan atau isyarat yang disengaja, dan itu merusak cahaya iman dalam hati.”

 

Menurut beliau, dosa kebohongan bukan hanya pada kata, tapi juga pada niat. Orang yang berkata benar tapi berniat menipu, hakikatnya tetap berdusta di sisi Allah.

Baca Juga  Allah Selalu Menjagamu Setiap Desah Nafasmu

 

Syaikh Ibn Qayyim al-Jauziyyah menambahkan:

 

> “Dusta adalah akar dari segala keburukan. Ia membuka pintu nifaq, meruntuhkan kepercayaan, dan menutup jalan menuju ridha Allah.”

 

Kebohongan bukan hanya dosa pribadi; ia adalah penyakit sosial. Ketika kebohongan menjadi budaya, masyarakat kehilangan arah. Orang tidak lagi percaya pada janji, pada pemimpin, bahkan pada sesama manusia.

 

### **Mengapa Manusia Berbohong**

 

Sebagian orang berbohong karena takut disalahkan. Sebagian lagi karena ingin dihormati atau diuntungkan. Padahal, setiap kebohongan sejatinya adalah bentuk **ketakutan kepada manusia** dan **kelemahan iman kepada Allah**.

Orang yang yakin Allah Maha Melihat tidak akan mencari perlindungan dalam dusta.

 

Ulama sufi berkata:

 

> “Orang jujur berjalan di atas tanah lapang, sementara pendusta berjalan di atas es tipis.”

 

Kata-kata itu menggambarkan keadaan hati. Orang jujur hidupnya tenang dan mantap, sementara pendusta selalu cemas — takut terbongkar, takut kehilangan muka, dan takut pada bayang-bayang sendiri.

 

### **Jenis-Jenis Kebohongan**

 

Dalam pandangan ulama, kebohongan ada beberapa jenis:

 

1. **Dusta lisan**, yaitu berkata tidak benar dengan sengaja.

2. **Dusta hati**, yaitu menyembunyikan niat jahat di balik kata yang tampak benar.

3. **Dusta perbuatan**, yaitu menampilkan sesuatu yang tidak sesuai kenyataan.

4. **Dusta melalui diam**, yaitu ketika seseorang tahu kebenaran tapi memilih tidak berkata apa-apa untuk menutupi kebohongan.

 

Ada pula “ta‘ridh” — ucapan yang samar tapi tidak bermaksud menipu. Misalnya seseorang ditanya tentang hal yang tidak boleh ia ungkap karena rahasia, maka ia menjawab dengan kalimat yang tidak bohong tapi juga tidak membuka aib.

Namun para ulama menegaskan: **ta‘ridh tidak boleh dipakai untuk menipu atau mencelakai.**

 

### **Kebohongan yang Dimaafkan**

 

Islam memberi kelonggaran pada tiga hal:

 

1. Dalam **perang**, untuk menjaga strategi dan keselamatan pasukan.

2. Untuk **mendamaikan dua pihak yang bertikai**, dengan berkata yang menenangkan hati.

3. Dalam **hubungan suami-istri**, untuk menjaga cinta dan keharmonisan tanpa merugikan pihak lain.

 

Namun, para ulama seperti Imam Nawawi menjelaskan:

 

> “Yang dimaksud bukanlah dusta murni, tetapi ungkapan lembut yang tidak menyakiti dan tidak merusak kebenaran.”

 

Artinya, Islam tetap menolak kebohongan sebagai prinsip hidup. Bahkan dalam tiga pengecualian itu pun, niatnya harus murni — bukan untuk menipu, tapi untuk menjaga kebaikan.

 

### **Akibat Buruk dari Kebohongan**

Baca Juga  Berbuat Baik Tanpa Mengharapkan Penghargaan dan Imbalan

 

Orang yang berbohong mungkin selamat sekali-dua kali, tapi tidak untuk selamanya. Kejujuran mungkin terasa menyakitkan di awal, tapi ia menyelamatkan pada akhirnya.

Kebohongan justru membawa akibat besar:

 

* **Hilangnya kepercayaan.** Sekali seseorang berbohong, kepercayaannya sulit kembali.

* **Rusaknya hubungan.** Dalam rumah tangga, dalam persahabatan, bahkan dalam masyarakat.

* **Gelapnya hati.** Nabi ﷺ bersabda:

 

> “Apabila seseorang berdusta, maka malaikat menjauh darinya sejauh satu mil karena bau busuk dari mulutnya.” (HR. Tirmidzi)

* **Kehancuran iman.** Nabi ﷺ juga bersabda:

 

> “Tanda orang munafik ada tiga: apabila berbicara ia berdusta, apabila berjanji ia ingkar, dan apabila dipercaya ia berkhianat.” (HR. Bukhari dan Muslim)

 

Setiap dusta kecil yang dibiarkan akan tumbuh menjadi tabiat. Orang yang biasa berdusta akan sulit membedakan antara kenyataan dan kebohongan sendiri.

 

### **Kejujuran: Jalan Terdekat Menuju Surga**

 

Kisah Ka‘ab bin Malik adalah bukti nyata.

Ketika Rasulullah ﷺ memerintahkan kaum Muslimin berangkat ke Perang Tabuk, Ka‘ab terlambat dan tak ikut. Setelah Rasul kembali, banyak orang berdusta dengan alasan palsu. Tapi Ka‘ab memilih berkata jujur:

 

> “Wahai Rasulullah, aku tak punya alasan. Aku hanya lalai.”

 

Kejujurannya membuat Rasulullah ﷺ menundanya dari pergaulan sosial selama 50 hari. Tapi akhirnya turun wahyu membenarkannya, dan Allah menerima taubatnya (QS. At-Taubah: 118).

Ka‘ab berkata setelah itu:

 

> “Demi Allah, tidak ada nikmat yang lebih besar setelah Islam daripada nikmat kejujuran. Sejak hari itu, aku tidak pernah berkata dusta.”

 

Kisah ini menunjukkan bahwa kejujuran kadang membawa penderitaan sementara, tapi hasilnya kekal: ampunan Allah dan ketenangan hati.

 

### **Refleksi: Kembali kepada Kejujuran Hati**

 

Dunia modern kini dipenuhi kebohongan yang terselubung rapi: di media sosial, politik, perdagangan, bahkan dalam hubungan pribadi. Kita bisa menipu orang dengan senyum, dengan status, dengan kata, tapi tidak bisa menipu Allah.

 

Rasulullah ﷺ pernah bersabda:

 

> “Hendaklah kalian jujur, karena kejujuran membawa ketenangan, dan jauhilah dusta, karena dusta membawa keraguan.”

> (HR. Tirmidzi)

 

Kejujuran adalah jalan lurus menuju ridha Allah, sementara kebohongan hanya menunda kesulitan. Maka, marilah kita jaga lidah dan hati dari dusta, sekecil apa pun.

Sebab, orang jujur mungkin tak selalu disukai manusia, tapi ia dicintai Allah.

Dan orang yang berdusta mungkin tampak menang hari ini, tapi ia kalah di hadapan kebenaran yang abadi.

 

 

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button