Bersikap Islami dalam Pergaulan Sehari-hari — Kunci Sukses Generasi Z

Bersikap Islami dalam Pergaulan Sehari-hari — Kunci Sukses Generasi Z
Oleh: Rizky Meinaraja Lubis, SH., M.Kn – Notaris di Palembang
Di tengah derasnya arus teknologi dan perubahan zaman, menjadi pribadi yang tetap berpegang teguh pada ajaran Islam bukanlah hal mudah — terutama bagi generasi muda saat ini. Generasi Z tumbuh dalam dunia serba cepat, serba digital, dan penuh tantangan.
Media sosial menjadi ruang pergaulan utama, menggantikan banyak interaksi nyata. Dalam situasi seperti ini, bersikap islami bukan sekadar pilihan, tapi fondasi utama agar hidup tidak kehilangan arah.
1. Menjaga Adab: Cermin Keimanan
Islam mengajarkan bahwa adab lebih tinggi dari sekadar ilmu. Dalam pergaulan sehari-hari, adab menjadi pembeda antara pribadi berakhlak dan mereka yang sekadar pandai berbicara.
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad)
Sopan santun, menghormati orang lain, tidak berkata kasar, serta mendengarkan dengan tulus adalah bagian dari adab islami yang mencerminkan keimanan. Termasuk dalam dunia digital, ini berarti tidak menebar kebencian, tidak menyinggung, dan tidak merendahkan orang lain.
2. Menjadi Teman yang Baik dan Menjauhi Lingkungan Buruk
Pergaulan sangat memengaruhi kepribadian. Rasulullah SAW mengingatkan:
“Seseorang itu tergantung agama temannya. Maka hendaklah salah seorang dari kalian memperhatikan dengan siapa ia berteman.”(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Bersikap islami berarti selektif dalam memilih teman. Bukan berarti menutup diri, tetapi cerdas membedakan mana pergaulan yang mendekatkan pada kebaikan dan mana yang menyeret pada keburukan. Dalam dunia modern, ini juga berarti bijak dengan komunitas online dan konten yang diikuti.
3. Menjaga Pandangan dan Hati
Generasi Z hidup dalam banjir informasi visual: video, konten hiburan, tren gaya hidup bebas. Maka salah satu bentuk sikap islami adalah menahan diri — menjaga pandangan dari hal yang dilarang dan hati dari penyakit seperti iri, sombong, dan dengki.
Allah SWT berfirman:
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu lebih suci bagi mereka.’”(QS. An-Nur: 30)
Menjaga pandangan bukan hanya menundukkan mata, tapi juga menyaring apa yang kita lihat setiap hari — termasuk dari layar gadget.
4. Tegas tapi Santun dalam Prinsip
Bersikap islami juga berarti berani berkata “tidak” terhadap keburukan, walau semua orang berkata “ya”. Anak muda perlu menanamkan keberanian moral untuk tidak ikut arus pergaulan yang bertentangan dengan agama. Namun cara menolak pun harus santun dan beradab.
5. Menghadirkan Islam dengan Teladan, Bukan Sekadar Ceramah
Banyak orang tidak tersentuh oleh nasihat panjang, tapi luluh oleh teladan nyata. Senyum tulus, sikap jujur, rajin menolong, konsisten dalam ibadah — semua itu adalah cara berdakwah yang paling menyentuh.
6. Agama yang Bagus, Hidup yang Terarah
Keberhasilan sejati bagi generasi Z bukan hanya diukur dari karier, gelar, atau harta, tetapi dari kuatnya pondasi agama dalam diri**. Anak muda yang baik agamanya akan:
- * lebih tenang dalam mengambil keputusan,
- * tidak mudah terbawa arus buruk,
- * dan mampu menjaga kehormatan dirinya.
Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, maka Dia akan memahamkan dia tentang agama.”(HR. Bukhari dan Muslim)
Agama yang bagus akan menjadi kompas hidup. Ia menuntun dalam pergaulan, pekerjaan, dan cara menghadapi ujian hidup. Maka generasi Z yang ingin sukses dunia dan akhirat harus mulai dengan menguatkan iman dan memperdalam ilmu agama.
Menjadi generasi Z yang islami bukan berarti ketinggalan zaman, tapi justru menjadi pelita di tengah gelapnya arus dunia modern. Jadilah muslim muda yang santun dalam pergaulan, teguh dalam prinsip, dan beragama dengan benar. Karena:
“Barang siapa memperbaiki hubungannya dengan Allah, maka Allah akan memperbaiki urusannya dengan manusia.” (HR. Ahmad)
Dengan agama yang kuat, pergaulan akan indah, hidup lebih terarah, dan keberhasilan bukan hanya di dunia — tetapi juga di akhirat.