< Apakah Gen Biologis dan Teologis Mempengaruhi Anak? - Satujalan.com
SYARIAH

Apakah Gen Biologis dan Teologis Mempengaruhi Anak?

Bisa Dibaca Dalam Artikel ini. Jawabannya !

Apakah Gen Biologis dan Teologis Mempengaruhi Anak?

Oleh: Bangun Lubis

Setiap manusia lahir ke dunia membawa warisan dari orang tuanya. Warisan itu bukan hanya harta benda atau nasihat, tetapi juga berupa gen biologis yang melekat dalam diri sejak dalam kandungan.

Gen inilah yang menentukan warna kulit, bentuk wajah, tinggi badan, bahkan potensi kesehatan seseorang. Namun, dalam perspektif Islam, warisan yang lebih penting bukan sekadar biologis, melainkan juga gen teologis — yakni pengaruh iman, akhlak, dan nilai spiritual orang tua terhadap anak.

Warisan Biologis: Takdir yang Melekat

Ilmu pengetahuan telah membuktikan bahwa gen berperan penting dalam membentuk fisik dan kecenderungan seseorang. Misalnya, seorang anak bisa mewarisi penyakit tertentu dari orang tuanya, atau memiliki bakat khusus sejak lahir. Al-Qur’an menyinggung hal ini dengan menggambarkan bahwa manusia diciptakan dalam bentuk yang terbaik:

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”
(QS. At-Tin [95]: 4)

Ayat ini menunjukkan bahwa setiap manusia lahir dengan struktur yang sempurna, termasuk warisan biologis yang telah diatur Allah SWT. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW juga menyinggung soal faktor keturunan ketika menjelaskan pentingnya memilih pasangan:

“Wanita dinikahi karena empat perkara: karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka pilihlah yang beragama, niscaya engkau beruntung.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Baca Juga  Tajikistan Perketat Larangan Simbol Islam, Sekularisme Otoriter di Negeri Muslim

Hadis ini mengisyaratkan bahwa keturunan (nasab) adalah bagian penting, karena faktor biologis dan psikologis bisa memengaruhi anak yang lahir.

Warisan Teologis: Jalan Menuju Surga

Di samping faktor biologis, ada pengaruh yang jauh lebih menentukan dalam perjalanan hidup anak, yaitu pengaruh teologis. Orang tua yang bertakwa dan berakhlak mulia akan menanamkan nilai-nilai tersebut dalam diri anak. Seperti sabda Nabi SAW:

“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menegaskan bahwa anak membawa potensi suci (fitrah), tetapi lingkungan, pendidikan, dan teladan orang tua akan sangat memengaruhi arah hidupnya. Inilah yang bisa disebut sebagai gen teologis: pewarisan iman, tauhid, dan akhlak dari orang tua kepada anak.

Dalam Al-Qur’an, kisah Nabi Nuh AS dan anaknya menjadi contoh nyata bahwa iman tidak otomatis diwariskan secara biologis, tetapi membutuhkan bimbingan dan pilihan sadar:

“Wahai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan selamat), karena sesungguhnya amalnya bukanlah amal yang saleh.”
(QS. Hud [11]: 46)

Baca Juga  Menjaga Kehormatan Diri: Jalan Terang Seorang Muslim Menuju Surga

Ayat ini menunjukkan bahwa ikatan biologis tidak cukup tanpa ikatan teologis.

Pandangan Ulama

Para ulama menegaskan bahwa keturunan memang membawa pengaruh biologis, tetapi yang lebih penting adalah tarbiyah (pendidikan). Ibn Qayyim al-Jauziyyah menjelaskan bahwa hati anak laksana tanah kosong: bila ditanam dengan kebaikan, maka akan tumbuh kebaikan; bila dibiarkan, maka setan akan menguasainya.

Imam Al-Ghazali juga menekankan bahwa pendidikan akhlak sejak dini adalah kunci, karena jiwa anak bagaikan cermin yang bisa merekam setiap perilaku orang tua.

Gen biologis memang memengaruhi anak dari sisi fisik dan kecenderungan tertentu, tetapi gen teologis—yakni iman, akhlak, dan nilai agama—lebih menentukan arah kehidupan dan akhirat mereka. Islam mengajarkan keseimbangan: menjaga kesehatan dan kualitas biologis melalui pernikahan yang baik, sekaligus menanamkan nilai teologis sejak anak lahir hingga dewasa.

Dengan demikian, warisan terbaik yang bisa diberikan orang tua bukan hanya fisik atau harta, melainkan iman dan akhlak mulia, sebagaimana doa yang selalu kita panjatkan:

“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyejuk hati (qurrata a’yun), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”
(QS. Al-Furqan [25]: 74).

 

 

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button