< Tajikistan Perketat Larangan Simbol Islam, Sekularisme Otoriter di Negeri Muslim - Satujalan.com
DUNIA ISLAM

Tajikistan Perketat Larangan Simbol Islam, Sekularisme Otoriter di Negeri Muslim

 

Satujalan.com, Dushanbe – Pemerintah Tajikistan kembali menuai sorotan dunia Islam setelah mengesahkan amandemen undang-undang pada awal Juni 2025 yang melarang penggunaan “pakaian asing”, termasuk jilbab, atribut Islam, hingga tradisi keagamaan seperti selebrasi anak-anak saat Idul Fitri dan Idul Adha.

Mengutip *Radio Ozodi* (RFE/RL Tajik Service), larangan ini dibarengi dengan instruksi aparat untuk menutup aktivitas masjid, dari shalat berjamaah hingga pengajian. “Polisi datang ke masjid kami dan memaksa semua orang pulang. Mereka bilang ini perintah dari atas,” kata seorang jemaah dengan nada getir.

Represi Sistematis terhadap Identitas Islam

Kebijakan baru ini hanyalah kelanjutan dari represi panjang terhadap umat Islam di bawah Presiden Emomali Rahmon. Di negara dengan mayoritas 98% Muslim, simbol-simbol Islam justru dilarang. Para pelanggar terancam denda besar, mulai dari 7.920 somoni (~Rp 12 juta) hingga 57.600 somoni (~Rp 88 juta).

Tak hanya itu, aparat kerap merazia dan bahkan mencukur paksa janggut pria Muslim—aib yang sudah berlangsung sejak 2007. Sejak 2017, jilbab resmi dilarang di institusi pendidikan dan kantor pemerintahan.

 

### Kisah-Kisah Keteguhan Iman

 

Meski ditekan, keinginan rakyat untuk beragama tak padam. Seorang ibu di Dushanbe menceritakan pengalamannya saat mengurus dokumen resmi. “Saya dipaksa melepas jilbab. Mereka bilang, ‘Ini bukan negara Arab.’ Saya pulang sambil menangis,” tuturnya kepada Asia-Plus.

Ada pula kisah para pemuda yang diam-diam belajar mengaji di ruang bawah tanah atau rumah-rumah kecil jauh dari pengawasan. Anak-anak laki-laki yang sejak 2010 dilarang shalat Jumat, sering ikut orang tua mereka dengan cara bersembunyi agar bisa mendengar khutbah.

Baca Juga  Menjaga Martabat Wanita dalam Islam: Sebuah Tinjauan Mendalam

Seorang warga di Khatlon mengatakan kepada *Human Rights Watch*, “Kami rela menempuh jarak jauh dan shalat di desa lain. Biarpun dilarang, kami tahu Allah melihat kesungguhan hati kami.”

Suara Al-Qur’an dan Sunnah: Larangan Tak Mampu Memadamkan Cahaya Islam

Allah ﷻ menegaskan dalam Al-Qur’an:

“Mereka hendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut mereka, tetapi Allah menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir membencinya.”(QS. Ash-Shaff: 8)

Ayat ini seakan nyata di Tajikistan: represi yang berulang tidak pernah mampu memadamkan fitrah umat Islam yang tetap merindukan shalat, jilbab, dan syiar agama.

Rasulullah ﷺ juga bersabda:

> *“Akan selalu ada segolongan dari umatku yang menegakkan kebenaran, tidak membahayakan mereka orang yang menelantarkan mereka dan tidak pula orang yang menyelisihi mereka, hingga datang ketetapan Allah sementara mereka tetap dalam keadaan seperti itu.”* (HR. Muslim no. 1920)

Hadis ini memberi harapan: bahwa di balik larangan dan intimidasi, selalu ada sekelompok mukmin yang teguh menjaga imannya.

Sekularisme Otoriter yang Mengikis Hak Asasi

Baca Juga  Dendam dan Kebencian: Api yang Membakar Jiwa Sendiri

Sejak 2023, sedikitnya 15 masjid di wilayah Sughd dan Khatlon ditutup paksa. Pemerintah beralasan karena tak berizin, namun banyak pihak menilai ini hanya dalih untuk mempersempit ruang Islam. Human Rights Watch dan Amnesty International berulang kali menyebut kebijakan Tajikistan sebagai bentuk “sekularisme otoriter” yang melanggar kebebasan beragama.

Ironisnya, pengetatan ini justru terjadi di sebuah negeri yang dulunya menjadi pusat peradaban Islam di Asia Tengah. Ulama-ulama besar seperti Imam Tirmidzi dan Imam Bukhari lahir dari kawasan ini. Sejarah mencatat betapa Islam pernah menjadi cahaya ilmu dan kebangkitan umat di tanah tersebut.

Kini, di tengah tekanan, semangat umat Islam Tajikistan justru mengingatkan pada perjuangan kaum terdahulu yang sabar menghadapi cobaan.

Larangan jilbab, razia masjid, hingga cukur paksa janggut tak ubahnya upaya menjauhkan rakyat dari identitasnya. Namun, sebagaimana janji Allah, cahaya Islam tidak akan pernah padam.

Sebagaimana doa yang kerap dipanjatkan para ulama:

“Ya Allah, teguhkanlah kami di atas agama-Mu, dan jangan Kau palingkan hati kami setelah Engkau beri hidayah kepada kami.”*

Umat Islam di Tajikistan sedang diuji. Dan dari kisah mereka, dunia Muslim diingatkan kembali bahwa iman sejati bukan hanya soal kebebasan, tetapi kesetiaan kepada Allah meski dibatasi dan ditekan.

Editor: Bangun Lubis

 

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button