Ilmu Agama Itu Perlu, Islam ya Belajar Ilmu Islam
Ilmu agama bukan sekadar pelengkap hidup,

Oleh: Bangun Lubis
Mengaku beragama Islam, tapi malas belajar Islam. Dalam hidup ini, setiap manusia akan selalu menghadapi berbagai persoalan.
Kadang persoalan itu ringan, kadang terasa sangat berat hingga mengguncang hati. Di saat itulah kita baru menyadari bahwa kekuatan lahir semata tidak cukup. Kita memerlukan pegangan batin yang kuat — dan pegangan itu hanya bisa kita peroleh melalui ilmu agama.
Islam bukan sekadar identitas di KTP atau warisan dari orang tua. Islam adalah jalan hidup. Dan untuk menjalaninya dengan benar, setiap muslim perlu belajar dan memahami ajaran agamanya.
Banyak orang mengaku beragama Islam, tetapi malas belajar ilmu Islam. Padahal Allah telah menegaskan dalam firman-Nya:
*“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Qur’an, QS. Al-Mujadilah: 11).
Ayat ini jelas menunjukkan kemuliaan ilmu. Orang yang beriman dan berilmu akan diangkat derajatnya. Namun, bagaimana kita bisa benar-benar beriman jika kita tidak tahu apa yang kita imani? Bagaimana kita bisa menjalankan Islam dengan baik kalau kita tidak pernah belajar ilmunya?
Ilmu agama bukan hanya untuk para ustaz atau kiai. Setiap muslim wajib mempelajarinya sesuai kadar kemampuannya. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim.”(Hadis HR. Ibnu Majah).
Ilmu agama menjadi cahaya yang menuntun kita menjalani hidup. Tanpa ilmu, ibadah menjadi kering, bahkan bisa salah arah. Banyak kesalahpahaman terjadi dalam masyarakat bukan karena niat jahat, melainkan karena kurangnya ilmu.
Misalnya, ada orang yang rajin salat tapi tidak memahami maknanya, sehingga ibadahnya terasa hanya rutinitas. Ada yang rajin bersedekah tapi masih mencampuradukkan keyakinan dengan adat yang bertentangan dengan Islam. Semuanya berakar pada satu hal: kurangnya ilmu.
Belajar agama juga membuat hati menjadi tenang. Dalam suasana dunia yang serba cepat, bising, dan penuh tekanan, majelis ilmu adalah tempat jiwa beristirahat. Ketika kita duduk mendengarkan ceramah, membaca Al-Qur’an dengan tadabbur, atau mendalami hadis Nabi ﷺ, hati terasa lembut. Inilah salah satu nikmat yang hanya dirasakan oleh orang-orang yang ikhlas belajar agama.
Selain itu, ilmu agama juga menjadi benteng dari berbagai tipu daya zaman. Banyak paham, ideologi, dan gaya hidup baru yang masuk tanpa kita sadari. Jika kita tidak punya dasar ilmu Islam yang kuat, kita mudah goyah, ikut arus, bahkan tanpa sadar meninggalkan ajaran agama. Namun, orang yang berilmu akan lebih waspada, lebih kritis, dan lebih tenang dalam menyikapi perbedaan.
Ilmu agama juga menjadi penerang dalam keluarga dan masyarakat. Seorang ayah atau ibu yang memiliki dasar ilmu Islam yang baik akan lebih mudah membimbing anak-anaknya di rumah. Lingkungan keluarga yang berilmu agama akan menjadi benteng pertama dari kerusakan moral. Dari rumah yang berilmu inilah akan lahir masyarakat yang lebih baik, lebih damai, dan lebih taat kepada Allah.
Maka, jangan tunda lagi. Jadikan belajar agama sebagai bagian dari hidup. Tak perlu menunggu jadi tua, pensiun, atau longgar waktu. Ilmu agama bisa dipelajari di mana saja — di masjid, majelis taklim, pengajian, bahkan melalui media digital. Yang terpenting adalah niat ikhlas dan kesungguhan hati.
Mari kita mulai dari hal-hal kecil: belajar membaca Al-Qur’an dengan baik, memahami maknanya, mengikuti kajian, bertanya kepada orang yang lebih tahu, dan mengamalkan ilmu sedikit demi sedikit. Ingatlah, ilmu tanpa amal tidak berarti, tapi amal tanpa ilmu bisa tersesat.
“Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.”(Hadis HR. Muslim).
Maka, jika kita benar-benar mencintai Islam, buktikan dengan belajar Islam. Islam bukan sekadar identitas, tapi petunjuk jalan hidup yang harus dipahami dan diamalkan. Ilmu agama bukan beban, tapi cahaya. Cahaya yang menuntun langkah kita menuju ridha Allah.