NASIHAT

Memohon Maaf Itu Lebih Mulia

Oleh Aminuddin
Pemerhati Keislaman

BELAJAR dari kasus yang menimpa Arteria Dahlan yang sempat viral dan menghangat beberapa hari te rakhir ini, kita memang harus selalu berhati-hati dan mawas diri.

Pasalnya, setiap manusia pasti pu nya kesalahan dan berbuat salah baik yang disengaja maupun tidak disengaja.

Entah itu kesalahan yang sifatnya kecil, sedang maupun besar. Kesa lahan terhadap kedua orangtua dan anggota keluarga yang lain seperti saudara, isteri atau suami dan anak-anak.

Atau bisa juga kita berbuat salah kepada teman kerja dan teman sepermainan serta sejumlah banyak orang.

Terkadang, ini sering terjadi, kesa lahan yang dilakukan tidak kita sa dari dan berulang-ulang yang bera kibat merugikan orang dan pihak lain.

Mulia

Melansir dari laman Buyayahya.org, Buya Yahya menyebut bahwa meminta maaf itu adalah sifat yang mulia. Untuk itu, penting segera meminta maaf jika bermasalah de ngan saudara atau teman meskipun dalam posisi yang benar.

“Bersegeralah meminta maaf biarpun kita dalam posisi benar, itulah kemuliaan. Apalagi jika kita bersalah, maka kita harus segera meminta maaf,” tulis Buya Yahya.

Menurut Buya Yahya, orang yang meminta maaf terlebih dahulu derajatnya lebih tinggi dan lebih dicintai Allah SWT.

“Dalam hadits disebutkan orang yang lebih dulu meminta maaf derajatnya di hadapan Allah SWT lebih tinggi dan lebih dicintai Allah SWT dari yang dimintai maaf. Maka dari itu jangan minta maaf hanya di saat kita ber salah,” jelasnya.

Dengan kita meminta maaf berarti kita telah memperbaiki silaturrahim atau ber damai dengan orang lain yang kita pernah berbuat salah kepadanya dan berdamai dengan diri sendiri.

Baca Juga  Jangan Mengeluh Kepada Orang Cukup Kepada Allah Saja

Jika kita tidak meminta maaf maka kita bisa dihukumi melakukan kesalahan memutuskan silaturrahim.

Kenapa demikian?

Karena, meski Nabi SAW tetap mengan jurkan orang yang dizalimi meminta ma af, tapi adalah orang yang berbuat zalim lah yang lebih mungkin dihukumi memutus silaturrahim.

Allah SWT berfirman:

“Orang-orang yang merusakkan janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan (yakni, silaturrahim), dan mengadakan kerusakan di bumi. Orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (neraka jahanam)” (QS. Ar-Ra’d [13]: 25)

“Tidak akan masuk surga orang yang memutus (silaturahim).” (HR. Bukhari)

Perbuatan salah yang kita lakukan kepada orang lain akan menjadi beban yang terus memberatkan hati kita jika kita belum dimaafkan. Kita pun akan terus memiliki perasaan bersalah (guilty feeling) yang menggelayuti hati kita.

“Siapa saja yang senang diberi lebih banyak rezeki dan umur panjang, maka dia harus menjalin hubungan baik (silaturrahim) dengan orangtua dan saudaranya” (HR. Bukhari).

Keteladanan Nabi Adam

Dikutip laman NU Online melalui artikel berjudul “Teladan Penghambaan Mulia dari Nabi Adam” yang ditulis oleh Fathoni (2019), hal yang perlu diteladani dari Nabi Adam adalah mengenai pengakuan dosa.

Saat melakukan kesalahan, Nabi Adam tidak ingin menyalahkan pihak lain. Akan tetapi, beliau menyadari bahwa dirinyalah yang telah melakukan kesalahan tersebut.

Dalam surah Al-Baqarah ayat 37, disebutkan bahwa,”Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. ”

Baca Juga  Renungan di Akhir Tahun, Muhasabah Diri

Beberapa keteladanan lain yang bisa diambil dari kisah Nabi Adam di antaranya adalah manusia perlu untuk selalu memperhatikan perintah dan larangan yang berasal dari Allah SWT.

Ketika ada perintah hendaknya dijalani dengan penuh ketaatan. Akan tetapi, saat adanya larangan, wajib pula untuk segera menghindarinya.

Selain itu, juga bisa dipetik hikmah lain bahwa manusia perlu untuk tetap waspada terhadap bujuk rayuan dari iblis.

Dari peristiwa diturunkannya Nabi Adam ke bumi beserta Siti Hawa, hal itu terjadi akibat adanya rayuan dari iblis hingga membuat beliau beserta sang istri dikeluarkan dari surga

Keteladanan lainya, yaitu ketika manusia dihadapkan pada kesalahan, maka hendaknya kembali dan mengakui kesalahan tersebut. Yakni dengan cara bertobat dan memohon ampun kepada Allah SWT.

Doa

Agar kita terhindar dari kesalahan yang sama, dianjurkan membaca doa ini.

“Allahumma inni astaghfiruka mimma tubtu ilaika minhu summa udtu fih wa astaghfiruka mimma ja’altahu ala nafsi summa la uffi bihi laka wa astaghfiruka mima za’amta anni aradtu bihi wajhaka fakhalata qalbi minhu ma qad amiltu.”

(Ya Tuhan, Aku memohon maaf kepadamu dari apa-apa yang telah aku sesali kemudian aku mengulanginya, dan aku memohon maaf atas apa yang telah engkau tetapkan namun ku tak melakukannnya, dan aku memohon ampun atas dugaanku terhadap-Mu yang membuat hatiku resah).

Wallahu a’lam bishshawab.

 

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button