MUSLIMAH

Menjaga Kehangatan Keluarga itu Gampang

SATUJALAN NETWORK – PUNYA keluarga islami yang harmonis dan bahagia adalah cita-cita semua orang yang membangun rumah tangga.

Sebagai umat muslim yang baik tentu kita menginginkan memiliki sebuah keluarga yang islami penuh kebahagiaan,aman dan sejahtera yaitu keluarga yang di dalamnya terdapat penegakan adab-adab mulia, dalam menciptakan keluarga bahagia, aman tentram, Sakinah Mawaddah Wa Rahmah.

Itu adalah fitrah manusia yang memang ditakdirkan Allah diberi rasa senang dan bahagia bila hidupnya aman, tentram, sehat walafiat, anak, istri suami sukses dunia dan menuju akhirat.

Tapi tidak semua orang bernasib sama sesuai yang diinginkan. Ada ujian, cobaan, onak dan duri mewujudkan cita-cita tersebut. Itulah yang dinamakan dinamika kehidupan. Apakah manusia mampu melewatinya? Apakah sebuah keluarga mampu menghadapi cobaan itu? Semua tergantung Allah dan tergantung juga dengan perilaku serta bagaimana manusia atau sebuah keluarga menghadapinya.

Tentunya masing-masing suami dan istri harus mamahami kedudukan, fungsi dan tugasnya. Suami harus membiayai kelangsungan kebutuhan materi keluarganya, karena itu salah satu tugas utamanya.

Seperti yang tercantum dalam Al-Qur’an surat Al Baqarah 233: “… Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang makruf “.

Allah memberikan rezeki pada tiap keluarga, terutama pada keluarga yang pandai bersyukur maka seorang istri harus bisa mensyukurinya dan merasa cukup. Tidak berkeluh kesah dan menggerutu, sekecil apapun nikmat yang mereka dapat. Mereka percaya bahwa Allah akan menambahkan nikmat pada hamba-Nya yang pandai bersyukur dan merasa cukup.

“Secara teori memang gampang. tapi praktiknya susah lho, tidak semudah membalik tangan, membangun rumah tangga harmonis itu susah,” ujar Rina, ibu rumah tangga yang baru sekitar dua tahun menikah.

Menurutnya, terkadang suami istri sudah paham dengan kedudukan dan fungsi masing-masing dalam keluarga. Tapi tetap saja, ada rasa sedih, marah, tidak suka ketika hal-hal yang terjadi tidak seperti yang diharapkan. “Hal itulah yang membuat kadang-kadang kita suka bertengkar, ribut, saling sedieman…hubungan jadi dingin. Kalau sudah begini pingin pulang saja ke rumah orangtua,” ujarnya.

Rina tidak sendiri, banyak keluarga lain yang kondisinya mungkin seperti itu. Buktinya, makin hari makin banyak kasus berujung perceraian di kota pempek, Palembang.
Pengadilan Agama Kelas 1 Kota Palembang mencatat pengajuan perceraian dalam pernikahan banyak diajukan oleh wanita (istri).
Sekretaris Pengadilan Agama Kelas 1 Palembang, Annihir, mengatakan, pengajuan cerai gugat oleh wanita memang dominan, dibandingkan dengan cerai talak oleh pria (suami).

Latar belakangnya karena perselisihan, meninggalkan salah satu pihak (selingkuh), dan faktor ekonomi.
data kasus perceraian untuk sepanjang tahun 2021, untuk pengajuan yang masuk ada sebanyak 617 kasus cerai talak, dan sebanyak 2.248 kasus gugat.

Baca Juga  Islam itu Membawa Cinta & Rahmat Allah

Sedangkan untuk tahun 2022 sampai 21 Juni pengajuan yang sudah masuk ada sebanyak 319 talak, dan 1.193 gugat.

Menjaga Kehangatan Keluarga

Penting bagi setiap keluarga untuk terus menjaga kehangatan keluarga dari hari ke hari hingga tahun ke tahun. Berikut ini 9 cara mewujudkannya.

1. Terima Kelebihan dan Kekurangan Pasangan
Tidak ada manusia yang sempurna, begitu pun diri kita dan pasangan kita. Alangkah tidak adilnya bila kita hanya menerima sisi positif pasangan dan menolak sisi negatifnya. Penerimaan kita terhadap kekurangan pasangan akan meredam ketegangan yang kerap muncul dalam pernikahan. Sering-seringlah mengingat kelebihan pasangan, agar kita bisa senantiasa menghidupkan rasa cinta dalam hati dan meminimalisir pertengkaran.

2. Memaafkan dan Melupakan Kesalahan Pasangan di Masa Lalu

Tidak ada manusia yang luput dari kesalahan, baik kesalahan kecil maupun besar. Memaafkan dan melupakan kesalahan pasangan di masa lalu bukanlah hal yang mudah. Namun bila kita telah berkomitmen untuk mempertahankan pernikahan, maka memaafkan dan melupakan kesalahan pasangan merupakan salah satu jalan untuk membina keluarga bahagia, sejahtera dan harmonis.

3. Jalin Komunikasi
Banyak sekali pernikahan yang berakhir hanya karena kita lalai menjaga kehangatan komunikasi. Di masa sekarang, fasilitas internet memudahkan kita berinteraksi dengan berbagai orang, termasuk dengan orang-orang di masa lalu. Akibatnya, kita sering lupa menjalin komunikasi dengan pasangan. Tanpa komunikasi kita tak mungkin bisa memahami pasangan dengan baik. Akhirnya hubungan kita semakin renggang, bahkan menjadi asing satu sama lain. Maka bila ingin membangun keluarga bahagia,aman dan harmonis, redamlah ego, selalu bertegur sapa. Ini memang berat pada mulanya, tetapi efektif untuk menyatukan hati. Tanpa komunikasi kita tak akan bisa menyentuh hatinya dan memahami persoalan yang membelenggu dirinya.

4. Meminta Maaf Terlebih Dahulu
Merasa diri paling benar dan sikap menyalahkan pasangan adalah jalan termudah untuk mengakhiri sebuah pernikahan. Kita bisa merancang semua alasan untuk membenarkan sikap kita. Namun tahukah, si Dia pun memiliki sejuta alasan untuk mempertahankan egonya. Lantas, demi komitmen untuk menciptakan keluarga harmonis, mengapa tidak jika kita yang meminta maaf terlebih dahulu. Meminta maaf tidak membuat kedudukan kita menjadi rendah di matanya, sebaliknya, akan memecahkan kebekuan yang telah terbentuk sebelumnya.

5. Hindari Berburuk Sangka
Tuduhan yang tidak mendasar sering kali menjadi pemicu sebuah pertengkaran dalam rumah tangga. Menghindari berburuk sangka pada pasangan akan membuat kita rileks dalam menjalani kehidupan dan membuat kita fokus untuk membina keluarga harmonis.

Baca Juga  Pelihara Kerukunan Hubungan dengan Tetanggamu

6. Memperbaiki Diri
Kita tidak bisa mengharapkan orang lain berubah, tanpa terlebih dahulu kita yang mengubah diri sendiri. Sebagaimana pasangan kita yang tak sempurna, sesungguhnya kita pun jauh dari sempurna. Boleh jadi sikap dan kebiasaan buruk yang kita miliki – dan sering tidak kita sadari-merupakan satu sebab yang memicu timbulnya perselisihan.

7. Jangan Menutup Diri
Tidak ada pernikahan yang sempurna dan tanpa perselisihan. Ada kalanya perselisihan itu berujung pada pertengkaran-pertengkaran hebat yang membuat kita berpikir untuk mengakhiri pernikahan. Jika hal itu yang terjadi pada pernikahan, tak ada salahnya membicarakan masalah yang kita hadapi pada pihak ketiga. Bicaralah pada orang yang kita percaya mampu bersikap adil dan bisa memberi solusi atas kondisi yang kita hadapi. Kita bisa menceritakan pada sahabat terdekat, atau konsultan pernikahan. Dengan melakukannya, beban yang kita rasakan akan terasa lebih ringan.

8. Utamakan Kebahagiaan Anak
Anak bisa sumber kebahagiaan, akan tetapi bisa juga menjadi sumber percekcokan bagi orangtuanya. Meskipun demikian, sudah menjadi tanggung jawab dan kewajiban orangtua untuk memberikan kehidupan yang tenang, tentram dan menyenangkan bagi buah hatinya. Bila kata cerai sudah di ujung lidah, ada baiknya kita berpikir ulang demi masa depan anak-anak. Bukankah anak selalu menjadi korban dalam sebuah perceraian? Ingatlah dampak perceraian yang kerap menimbulkan masalah dalam proses tumbuh kembang anak.

9. Ibadah, Sedekah, Berbuat Baik, Berkasih Sayang
Mendekatkan diri pada Sang Pencipta dengan beribadah, bersedekah, dan terus berbuat baik dan berkasih sayang, itulah cara untuk menyelamatkan sebuah pernikahan dan membentuk keluarga harmonis. Hanya dengan memiliki keyakinan dan bersandar pada kekuatan Allah, kita mampu bertahan dan menjalani kehidupan pernikahan dengan baik.

Ustad Sukardi SThI, fasilitator pemahaman Alquran tinggal di Palembang, dalam sebuah tausiah pernikahan pernah bertanya. “Pak, bu, membangun rumah tangga itu gampang atau susah?” Dijawab hadirin dengan satu suara “Susaaaahhh”.
“Saya tanya sekali lagi, membangun rumah tangga itu gampang atau gampang??” Dijawab audiens “Susaaaahhhh”.
Lho kenapaa??
“Membangun rumah tangga itu gampang buk, pakk…. Kalau istri sedang marah, bapak jangan ikut marah. Kalau istri sedang malas nyuci piring, bapak yang cuci piring. Kalau bapaknya lagi pengen makan, ibu kasih makan. Gampang kan? Intinya mengalah, saling pengertian, kesampingkan ego, dan terus pupuk rasa kasih sayang dalam keluarga dengan berbuat baik kepada siapapun, terutama orangtua, saudara, tetangga, dan sebagainya. Insyaallah, Allah akan ridho,” katanya.

Penulis : Novi Amanah/berbagai sumber

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button