Hidup Tak Sekadar Bernafas — Tapi Menyadari Tujuan Kita Diciptakan

DI tengah hiruk pikuk dunia, sering kali manusia lupa bahwa hidup ini bukan sekadar rutinitas bangun pagi, bekerja, makan, dan tidur kembali.
Banyak yang hidup tanpa arah, hanya mengikuti arus, mengejar dunia seakan dunia segalanya. Padahal, ada satu kepastian yang melampaui semua kepastian duniawi: akhirat.
Kita Diciptakan untuk Beribadah, Bukan Sekadar Bertahan Hidup
Allah telah menegaskan dalam firman-Nya:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”
(QS. Az-Zariyat: 56)
Ayat ini menjadi fondasi bagi setiap Muslim untuk memahami tujuan hidupnya. Hidup bukan sekadar eksistensi biologis, melainkan amanah untuk mengabdi kepada Allah dalam setiap aspek kehidupan — bukan hanya saat shalat, tapi juga saat bekerja, menulis, mendidik anak, bahkan berdagang — selama niatnya lurus: ibadah karena Allah.
Hidup Ini Sementara, Tapi Akhirat Selamanya
Dunia hanyalah tempat singgah. Rasulullah ﷺ mengingatkan kita:
“Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau seorang pengembara.”
(HR. Bukhari)
Ibnu Umar RA yang meriwayatkan hadits ini bahkan menasihati, “Jika engkau berada di waktu sore, jangan tunggu pagi. Jika engkau berada di pagi, jangan tunggu sore…” — karena kematian bisa datang kapan saja, dan setelahnya: akhirat dimulai.
Jangan Tertipu Dunia, Jangan Rendahkan Sesama
Sebagian manusia tergelincir karena kesombongan atau merendahkan yang lain. Padahal Allah telah mengingatkan dalam QS. Al-Hujurat:
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum merendahkan kaum yang lain, boleh jadi mereka lebih baik dari mereka. Dan jangan pula wanita-wanita (merendahkan) wanita lain, boleh jadi mereka lebih baik dari mereka.”
(QS. Al-Hujurat: 11)
Imam Al-Ghazali berkata, “Kebodohan yang paling besar adalah ketika seseorang merasa lebih tinggi dari orang lain, padahal dirinya belum tentu lebih mulia di sisi Allah.”
Makna Hidup Menurut Para Ulama
Imam Ibn Qayyim Al-Jawziyyah pernah menyampaikan:
“Hidup yang sesungguhnya adalah hidupnya hati. Dan hati hanya hidup dengan mengenal Allah, mencintai-Nya, dan kembali kepada-Nya.”
Sementara Imam Asy-Syafi’i pernah berpesan,
“Barang siapa yang ingin dunia, hendaklah dia berilmu. Barang siapa yang ingin akhirat, hendaklah dia berilmu. Dan barang siapa yang ingin keduanya, maka tetaplah dia harus berilmu.”
Karena ilmu adalah jalan yang menerangi, agar hidup tak terjebak dalam kesia-siaan.
Hidup dengan Niat Ibadah — Itulah Jalan Selamat
Segala kerja kita — bahkan yang tampak duniawi — akan bernilai tinggi bila dilandasi niat ibadah. Menjadi guru, pedagang, penulis, petani, atau bahkan sopir — semua bisa menjadi ibadah bila diniatkan mencari ridha Allah, dijalani dengan kejujuran, dan tidak melanggar syariat.
Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya setiap amal tergantung niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang dia niatkan.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Jangan Pernah Mèrasa Nyaman
Jangan pernah merasa nyaman tanpa arah, sebab hidup yang tidak diisi dengan ibadah — akan terisi oleh kelalaian. Dunia ini fana, akhirat kekal.
Dan hanya dengan hidup dalam kesadaran penuh bahwa “aku diciptakan untuk menyembah Allah”, maka hidup akan menjadi bermakna, tenang, dan berbuah manis di akhirat nanti.
🌿 Hidup bukan tentang berapa lama kita tinggal di dunia, tapi berapa banyak amal yang kita bawa pulang ke akhirat.
■ Bangun Lubis