
Hati Tenang Hanya dengan Mengingat Allah“Alaa bidzikrillaahi tathma’innul quluub”(QS. Ar-Ra’d: 28)
Di zaman yang penuh kebisingan, kegelisahan, dan ketidakpastian ini, setiap manusia merindukan satu hal yang paling mahal: ketenangan hati.
Banyak yang mencarinya lewat kekayaan, jabatan, pujian, dan hiburan, namun tetap merasa hampa. Di sinilah Islam mengajarkan satu jalan yang sederhana tapi agung: **dzikrullah** — mengingat Allah.
Allah berfirman: “Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”
(QS. Ar-Ra’d (13): 28)
Ayat ini bukan sekadar informasi, tapi **janji dari Sang Pencipta**. Bahwa di tengah badai hidup, **ketenangan bukan dicari di luar, tapi ditemukan di dalam — melalui zikir kepada Allah**.
Mengapa Hati Bisa Gelisah?
Allah sendiri menjelaskan sebabnya: “Barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit.”(QS. Thaha (20): 124)
Tafsir Al-Qurtubi menyatakan bahwa kehidupan yang sempit” bukan berarti miskin secara materi, tetapi sempitnya hati — resah tanpa sebab, takut tanpa alasan, gelisah walau terlihat tersenyum.
Karena hati itu makhluk Allah. Dan **tidak ada yang bisa menenangkannya selain Zat yang menciptakannya.**
Shalat dan Zikir: Jalan Menuju Ketenteraman
“Dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku.”(QS. Thaha (20): 14)
Shalat bukan hanya kewajiban ritual, tapi **ruang pertemuan ruhani antara hamba dan Rabb-nya**. Ia adalah dzikir dalam bentuk paling sempurna — lisan, hati, dan gerakan menyatu dalam ibadah.
Dalam hadis, Nabi ﷺ bersabda: “Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Allah dengan yang tidak berdzikir adalah seperti orang yang hidup dan orang yang mati.” (HR. Bukhari, no. 6407)
-Zikir Pagi dan Petang: Penjaga Ketenangan Sehari-hari
Allah memerintahkan: “Sebutlah (nama) Tuhanmu pada waktu pagi dan petang.”(QS. Al-Insan (76): 25)
Zikir bukan hanya di masjid. Ia harus **menjadi denyut harian dalam hidup**. Pagi hari kita mulai dengan zikir agar kuat menghadapi tugas dunia. Malam hari kita menutupnya dengan zikir agar hati kembali tenang dalam dekapan-Nya.
Tafakur dan Doa: Dzikir Akal dan Jiwa
Selain dengan lisan, kita juga berdzikir melalui tafakur: merenungi langit, bumi, dan takdir.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal…”(QS. Ali ‘Imran (3): 190–191**
Doa pun adalah dzikir. Bukan hanya permintaan, tapi **tanda kedekatan**. Allah berjanji: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan.”(QS. Ghafir (40): 60)
Zikir Melapangkan Hati, Meninggikan Derajat “Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah (58): 11)
Orang yang terbiasa berdzikir, imannya semakin kokoh, dan ilmunya bermanfaat. Mereka menjadi pribadi yang **lebih tenang, bijaksana, dan damai**, karena hidupnya selalu dalam ingatan kepada Allah.
Zikir Menghapus Dosa dan Menumbuhkan Syukur
Rasulullah ﷺ bersabda: “Barang siapa mengucapkan Subhanallah wa bihamdih 100x sehari, maka dosanya dihapus meskipun sebanyak buih di lautan.” (HR. Muslim, no. 2691)
Zikir juga menjadikan kita pribadi yang penuh syukur:
“Ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar.” (QS. Al-Baqarah (2): 152**
Kembali kepada Zikir
Zikir bukan sekadar kalimat di lisan, tapi **nafas kehidupan hati**. Ia memberi arah, ketenangan, dan kekuatan menghadapi hidup. Zikir menyambungkan kita kepada Allah, yang Mahakuat dan Maha Pengasih.
Maka, jika hari ini hatimu gundah, malam terasa berat, dan hidup terasa kosong — **berzikirlah.** Bukan hanya menyebut Nama-Nya, tapi hadirkan Allah dalam hatimu.
Karena hanya dengan mengingat Allah-lah, hati menjadi tenang…“Alaa bidzikrillaahi tathma’innul quluub.”*
> 📖 **QS. Ar-Ra’d (13): 28.
–