< Langkah Pulang dengan Iman: Menjemput Akhir yang Tenang - Satujalan.com
M O Z A I K

Langkah Pulang dengan Iman: Menjemput Akhir yang Tenang

Ditulis oleh: Bangun Lubis– Wartawan Muslim dan Dosen

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

Setiap langkah yang kita ambil di dunia ini sejatinya adalah perjalanan pulang — menuju tempat asal, menuju Allah ﷻ.

Kita singgah di dunia hanya sebentar, membawa titipan waktu yang akan berakhir entah kapan.

Dalam setiap rakaat shalat kita membaca firman-Nya:

*مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ

> *“(Allah) Penguasa Hari Pembalasan.”*

> (QS. Al-Fātiḥah: 4)

Ayat ini mengingatkan, bahwa semua kisah di bumi akan berpuncak pada satu hari: hari pembalasan. Di sanalah semua amal kita dikumpulkan. Maka yang paling bijak adalah mereka yang menyiapkan diri — agar saat waktunya pulang, kita kembali dengan wajah tenang dan hati yang bersih.

**1. Kesadaran Akan Akhir: Agar Hidup Tak Sia-Sia**

Hidup yang disadari akan akhir adalah hidup yang terarah.

Allah ﷻ berfirman:

> **يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ**

> *“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).”*(QS. Al-Ḥasyr: 18)

Ayat ini bukan sekadar peringatan, tapi ajakan untuk *berhenti sejenak*, menoleh ke dalam diri, dan bertanya: apa yang sudah aku siapkan untuk hari esokku?

Kita sering sibuk dengan hal-hal besar, tapi lupa mempersiapkan yang paling pasti: **pertemuan dengan Allah**.

*2. Umat Terbaik Adalah Mereka yang Mengajak kepada Kebaikan

Islam tak hanya mengajarkan bagaimana menjadi baik, tetapi juga bagaimana mengajak orang lain kepada kebaikan itu.

Allah ﷻ berfirman: كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ**  *“Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.”*> (QS. Āli ‘Imrān: 110)

Baca Juga  Kemuliaan Hati Para Pendonor Darah

Kebaikan tidak cukup disimpan. Ia harus disampaikan, ditularkan, dan dihidupkan.

Dakwah bukan hanya tugas ustaz di mimbar — tapi setiap muslim yang menebarkan kejujuran, kasih sayang, dan keteladanan sudah berdakwah dengan caranya sendiri.

**3. Sentuhan Lembut Dakwah Rasulullah ﷺ*

Rasulullah ﷺ tidak berdakwah dengan kekerasan, tapi dengan kelembutan.

Beliau mendatangi rumah-rumah, menyalami umatnya, menyapa anak-anak, dan menguatkan hati para sahabat.

Inilah *jaulah* — dakwah yang hidup di antara manusia, bukan di atas mereka.

Allah ﷻ berfirman:

> **ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ**

> *“Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasihat yang baik.”*  (QS. An-Naḥl: 125)

Dalam setiap langkah dakwah, Rasulullah ﷺ selalu membawa kasih, bukan caci. Beliau menunjukkan bahwa **menyentuh hati jauh lebih kuat daripada memenangkan perdebatan.**

*4. Iman, Amal, dan Kesabaran: Tiga Kunci Selamat

Surah Al-‘Aṣr menggambarkan dengan sangat indah jalan keselamatan bagi manusia:

> **وَالْعَصْرِ ۝ إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ ۝ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ**

> (QS. Al-‘Aṣr: 1–3)

Hanya empat hal yang bisa menyelamatkan kita dari kerugian:

1. **Iman** yang teguh,

2. **Amal saleh** yang nyata,

3. **Nasihat dalam kebenaran**,

4. **Kesabaran dalam menghadapi hidup.**

Dan di antara amal yang paling utama adalah shalat.

Rasulullah ﷺ bersabda:

> **الصَّلَاةُ عِمَادُ الدِّينِ**

> *“Shalat adalah tiang agama.”*

> (HR. al-Bayhaqī)

Shalat yang dijaga dengan cinta akan menjaga seluruh amal kita dari kehancuran.

Baca Juga  Hati-Hati dengan Lisan: Jangan Biarkan Ucapan Kita Menjadi Sebab Kehancuran

*5. Doa dan Ikhtiar Menuju Akhir yang Baik**

Tak ada yang tahu bagaimana akhir hidupnya.

Tapi orang beriman selalu memohon agar ketika ajal tiba, ia sedang berada di jalan kebaikan.

Rasulullah ﷺ bersabda:

> **إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ**

> *“Sesungguhnya amal seseorang tergantung pada penutupnya.”*

> (HR. al-Bukhārī dan Muslim)

Dan beliau berdoa:

> **اللَّهُمَّ اجْعَلْ خَيْرَ أَعْمَالِنَا خَوَاتِمَهَا، وَخَيْرَ أَيَّامِنَا يَوْمَ نَلْقَاكَ**

> *“Ya Allah, jadikanlah sebaik-baik amal kami adalah penutupnya, dan sebaik-baik hari kami adalah hari ketika kami bertemu dengan-Mu.”*

Doa ini adalah bisikan rindu seorang hamba yang ingin pulang dengan damai.

**6. Jiwa yang Tenang di Ujung Perjalanan**

Bagi mereka yang istiqamah di jalan Allah, kematian bukan sesuatu yang menakutkan. Ia adalah pintu menuju perjumpaan.

> **يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ۝ ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ۝ فَادْخُلِي فِي عِبَادِي ۝ وَادْخُلِي جَنَّتِي**

> (QS. Al-Fajr: 27–30)

Inilah akhir yang kita dambakan — jiwa yang tenang, hati yang ridha, dan kehidupan abadi di sisi-Nya.

Karena bagi yang hidup dengan iman dan amal saleh, kematian bukan perpisahan, melainkan **kepulangan yang indah**.

Hidup adalah perjalanan pulang yang panjang.

Setiap langkahnya adalah kesempatan memperbaiki diri, setiap hembus napas adalah peluang bertaubat, dan setiap amal baik adalah cahaya menuju akhir yang damai.

Mari terus berjalan dengan iman, berdakwah dengan kasih, dan beramal dengan ikhlas.

Semoga Allah ﷻ menuntun kita hingga akhir, menutup hidup kita dengan *ḥusnul khātimah*, dan menyambut kita dengan senyum rahmat-Nya.

Āmīn yā Rabbal ‘ālamīn.

 

 

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button