< Guru Memiliki Rendah Hati yang Mulia - Satujalan.com
DUNIA ISLAM

Guru Memiliki Rendah Hati yang Mulia

*Penulis: Ir. Salamah Syahabudin, MP

RENDAH hati adalah salah satu sifat terpuji dalam Islam. Dalam bahasa Arab disebut tawadhu’, yang berarti bersikap lembut kepada sesama dan tunduk kepada kebenaran. Seseorang yang tawadhu tidak merasa lebih tinggi atau mulia dibanding orang lain, meskipun ia memiliki ilmu, jabatan, atau kekayaan.

Tawadhu lahir dari kesadaran bahwa segala kelebihan adalah anugerah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kapan saja, bila Allah berkehendak, kelebihan itu bisa dicabut. Allah berfirman: “Dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman.”(QS. Al-Hijr: 88)

Tawadhu menjadikan seseorang mau mendengarkan kebenaran, meski datang dari orang lain yang lebih muda, lebih miskin, bahkan dari muridnya sendiri. Rasulullah ﷺ pun, pemimpin seluruh umat manusia, tetap bersikap rendah hati kepada para sahabat dan umatnya.

Dalam Fathul Bari (11:341), Ibnu Hajar al-Asqalani menyebutkan:“Tawadhu’ adalah menampakkan diri lebih rendah kepada orang yang ingin mengagungkannya, dan memuliakan orang yang lebih mulia darinya”.

Guru Adalah Pemimpin yang Tawadhu’

Seorang guru, pada hakikatnya adalah pemimpin—pemimpin dalam ilmu, dalam akhlak, dan dalam budi pekerti. Maka ketika ia berhias dengan sifat tawadhu, ia akan terhindar dari sifat zalim, arogan, dan sewenang-wenang. Bahkan ia akan memuliakan murid-muridnya, mengangkat harkat mereka, dan merangkul jiwa-jiwa mereka dengan kasih sayang.

Allah berfirman: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman.”(QS. Asy-Syu’araa’: 215)

Rendah Hati Bukan Rendah Diri

Penting untuk membedakan antara rendah hati (tawadhu) dengan rendah diri (inferioritas). Tawadhu adalah kekuatan jiwa, sementara rendah diri adalah kelemahan.

Baca Juga  Menanamkan Teladan Rasulullah dalam Jiwa Anak Sejak Dini

Dalam Adz-Dzari’ah ila Makarim Asy-Syari’ah, Ar-Raghib Al-Ashfahani menyebutkan bahwa: “Tawadhu adalah sikap terpuji yang mengangkat martabat pelakunya, sedang rendah diri adalah kehinaan yang menjatuhkan harga dirinya.”

Sikap ini ditegaskan oleh Allah dalam firman-Nya:“Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang mengandung keselamatan.”(QS. Al-Furqan: 63)

Menjadi Guru yang Dicintai Murid

Anak didik adalah individu yang masih dalam proses pembentukan jiwa dan karakter. Ia kadang ingin ditegaskan, kadang pula ingin diayomi dan dipahami. Di sinilah sikap tawadhu seorang guru memegang peran besar.

Sikap rendah hati membuat guru lebih mudah menyentuh hati murid. Murid pun merasa dekat, dihargai, bahkan dicintai. Dari sinilah tumbuh semangat belajar yang tulus. Ilmu menjadi lebih mudah masuk, hati lebih mudah menerima, dan adab menjadi lebih kuat tertanam.

Tawadhu dan Kesabaran: Kekuatan Sang Guru

Sikap tawadhu erat kaitannya dengan kesabaran. Guru yang rendah hati adalah guru yang sabar. Ia tak mudah marah bila muridnya belum paham, tak merasa terganggu bila harus mengulang penjelasan berkali-kali.

Diriwayatkan bahwa Imam Al-Baihaqi pernah menyampaikan kisah luar biasa tentang gurunya, Imam Syafi’i. Seorang murid dengan kemampuan tangkap yang rendah mengulang pelajaran hingga 39 kali, namun sang imam tetap mengajarkannya dengan sabar. Ini bukan hanya soal kesabaran, tapi juga keyakinan bahwa yang memahamkan bukan guru, melainkan Allah.

Baca Juga  Orang-orang yang malas dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam

Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits: “Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya terdapat kesombongan walaupun sebesar zarrah.”(HR. Muslim)

Meneladani Tawadhu untuk Menyentuh Hati

Guru yang rendah hati adalah guru yang menyentuh hati. Ia bukan hanya menyampaikan pelajaran, tapi juga menanamkan nilai, menumbuhkan adab, dan menginspirasi murid untuk mencintai ilmu.

Rasulullah ﷺ adalah sebaik-baik contoh. Meski beliau adalah kekasih Allah, ia tidak pernah tinggi hati. Beliau bersabda: “Barang siapa merendahkan dirinya karena Allah, maka Allah akan mengangkat derajatnya.”(HR. Muslim)

Tawadhu sebagai Jalan Pendidikan yang Sukses

Dalam tafsir Jalalain, ayat tentang berjalan di bumi dengan haunan (tenang, rendah hati) menunjukkan bahwa sikap seperti inilah yang akan membuka hati manusia lain. Bagi seorang guru, ini adalah kunci keberhasilan.

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong), dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”(QS. Luqman: 18)

Maka, mari kita belajar dari para guru sejati yang memadukan ilmu, kesabaran, dan ketulusan dalam tawadhu. Karena sejatinya, bukan hanya ilmu yang mereka wariskan, tapi juga akhlak yang menuntun menuju kemuliaan.

* Guru di SIT AL FURQON Palembang

 

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button