MUAMALAH

Beramalah Kalian Sepanjang Hidup, Sebelum Ajal Menjemput

Allah sangat menyenangi seseorang yang beramal terus menerus walau tidak banyak

 

Oleh: H Emil Rosmali ( Wartawan Satujalan.com)

SATUJALAN NETWORK – Beramal itu, hendaklah terus menerus. Tidak dalam waktu tertentu saja, karena Allah sangat senang dengan amalan yang terus menerus, ketimbang banyak tapi hanya sewaktu saja.

Firman Allah dalam Alquran mengungkapkan;“Dan berbuatlah kamu, maka Allah dan Rasul dan orang-orang yang beriman akan melihat amal kalian, dan kalian akan dikembalikan kepada Allah yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata.”_ l(At-Taubah:105)

Ungkapan Nahnu qaumun amaliyun menunjukan bahwa setiap muslim adalah komunitas manusia yang aktif dan produktif dalam hidupnya. Tidak boleh bermalas-malasan. Jika perlu hendaklah kalian memaksakan diri agar ibadah itu terbiasa. Karena ada istilah ala bisa karena biasa.

Banyak alasan yang mendorong seorang muslim aktif dalam beramal, misalnya firman Allah lainnya: “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Al Mulk: 2)

Kesadaran bahwa Allah swt menciptakan kehidupan di dunia sebagai ujian untuk melihat siapa yang terbaik kontribusinya, menjadi pendorong yang sangat efektif bagi seorang muslim agar selalu aktif menghadirkan prestasi dalam kehidupannya.

Dalam banyak kisah, diungakpan Rasulullah saw selalu mendorong umatnya untuk terus-menerus semangat melakukan beragam keshalihan. Seperti yang terdapat dalam hadits riwayat Ahmad dan Al bazzar disebutkan bahwa seseorang datang kepada Rasulullah saw dan bertanya, “Ya Rasulullah, si fulan shalat malam tapi dia mencuri di waktu siang.” Rasulullah saw menjawab, “Shalat malamnya akan menghalanginya melakukan apa yang engkau katakan.” Tak lama kemudian orang yang disebutkan itu berhenti mencuri.

Baca Juga  Menjauhlah dari Sikap Overthinking

Beramal shalih akan selalu menjadi kebaikan pada akhirnya. Kebaikan akan menghapuskan keburukkan, menghancurkan kezaliman, membuka ruang hadirnya positivisme dalam kehidupan manusia.
Beramal shalih bagi seorang muslim tentu saja memiliki syarat yang harus di penuhi agar bernilai di sisi Allah swt.

Dikemukakan dalam satu Riwayat, sesungguhnya Nabi SAW masuk ke rumah Aisyah ra, waktu itu ada seorang perempuan dan beliau bertanya: “Siapakah dia?” Aisyah menjawab: “Ini adalah si Fulanah yang terkenal shalatnya.” Nabi SAW bersabda: “Wahai Fulanah, beramallah sesuai kemampuanmu.

Demi Allah, Dia tidak akan jemu untuk menerima amalmu, sehingga kamu sendirilah yang merasa jemu. Sesungguhnya amalan yang paling disukai Allah yaitu yang dikerjakan secara terus-menerus (konsisten) walaupun sedikit.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Bulan Ramadhan 1434 H telah berlalu. Bulan yang penuh dengan keberkahan itu telah pergi meninggalkan kita. Bulan yang di dalamnya memberikan banyak pahala yang berlipat ganda, bulan yang ketika do’a dimohonkan segera akan diijabah dan bulan yang Allah janjikan  dosa-dosa orang-orang beriman akan diampuni, kini telah kembali ke tempatnya.

Lalu, apakah dengan berakhirnya Ramadhan maka berakhir pula aktivitas ibadah yang kita lakukan? Apakah ibadah dan menjauhi dosa serta mohon ampun hanya dilakukan di bulan Ramadhan saja?

Tentu saja tidak demikian, karena aktivitas ibadah itu dilakukan sepanjang hayat dikandung badan. Allah SWT berfirman (yang artinya): “Dan beribadahlah kepada Tuhanmu, sampai ajal datang kepadamu” (QS. Al-Hijr/15: 99).

Sebagai ajang pembuktian bahwa Ramadhan yang lalu telah berhasil menjadikan orang-orang yang beriman menjadi orang yang bertaqwa, maka semenjak sekarang sampai ke depan,  ibadah harus tetap dijaga. Ibadah-ibadah yang telah kita lakukan pada Ramadhan yang lalu, harus terus dilestarikan di sebelas bulan ke depan. Selain dari puasa yang wajib, ibadah-ibadah lainnya yang selama Ramadhan kita lakukan tetap dapat kita laksanakan setelah Ramadhan berlalu. Artinya, ketika Ramadhan berlalu, maka tidak seharusnya ibadah-ibadah yang secara rutin kita kerjakan di bulan Ramadhan itu ikut juga terhenti.

Baca Juga  Mendidik Anak Cara Lukmanul Hakim dalam Keluarga Islam

 

Beberapa ibadah tersebut seperti, puasa yang di dalam bulan Ramadhan hukumnya wajib, tetap dapat kita lakukan di luar Ramadhan walaupun hukumnya sunnah. Sepeeti puasa  6 hari bulan Syawwal, puasa sunnah Senin dan Kamis, puasa sunnah setiap bulan di pertengahan bulan Hijriyah tanggal 13, 14 dan 15, puasa sunnah Nabi Dawud dimana sehari puasa sehari berbuka dan lainnya.

Kemudian, shalat Tarawih yang selama sebulan Ramadhan kita kerjakan, maka diluar Ramadhan sejak malam tanggal 1 Syawwal diganti dengan mengerjakan shalat malam (tahajjud). Begitu juga dengan membaca Al-Qur’an yang selama bulan Ramadhan rutin kita laksanakan sampai khatam (tamat) dibaca berkali-kalai, setelah Ramaadhan berlalu tetap rutin dapat kita lakukan. Demikian pula dengan amalan ibadah lainnya, seperti shadaqah, berdzikir, istighfar, membaca shalawat tetap dapat terus dilestarikan sepanjang tahun sampai  ketemu lagi dengan Ramadhan tahun berikutnya.

Inilah ibadah yang sangat disenangi Allah SWT, yaitu amalan yang terus menerus dilakukan seseorang sepanjang hidupnya. Bukannya ibadah yang dilakukan hanya waktu-waktu tertentu yang apabila waktu itu berlalu maka ibadah ikut pula terhenti. Wallaahu a’lam.(*)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button