< Rezeki: Ketetapan Ilahi, Usaha Insani - Satujalan.com
DUNIA ISLAM

Rezeki: Ketetapan Ilahi, Usaha Insani

Oleh: Bangun Lubis ( Wartawan Muslim )

DALAM pandangan Islam, rezeki bukan sekadar angka-angka di rekening atau jumlah yang bisa dihitung dengan materi. Rezeki adalah ketetapan Allah SWT—rahmat yang telah ditulis untuk setiap makhluk sejak sebelum ia terlahir ke dunia.

Namun, Islam tidak mengajarkan umatnya untuk pasrah tanpa gerak. Justru, usaha dan tawakal menjadi dua sisi mata uang dalam meraih rezeki yang penuh berkah.

Rezeki: Tertulis di Lauh Mahfuzh

Allah SWT telah berfirman:

“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya. Dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).”
(QS. Hud: 6)

Rezeki setiap makhluk telah dijamin. Seekor semut di celah batu, seekor burung di langit, hingga manusia yang berada di tempat tersembunyi sekalipun—semuanya telah Allah tetapkan bagian rezekinya. Namun, bukan berarti kita hanya duduk diam dan menunggu.

Bergerak, Berusaha, Berdoa

Islam memuliakan usaha. Nabi Muhammad SAW sendiri adalah seorang pekerja keras: menggembala kambing, berdagang, dan bahkan memimpin medan perang. Ini menunjukkan bahwa mencari rezeki dengan usaha halal adalah bentuk ibadah yang dicintai Allah.

Baca Juga  Pentingnya Menjaga Amanah dan Konsekuensi Tidak Menjaga Amanah

“Dan mintalah rezeki dari Allah, dan beribadahlah kepada-Nya dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya kamu akan dikembalikan.”
(QS. Al-Ankabut: 17)

Doa menjadi bagian tak terpisahkan dari usaha. Sebab, sehebat apapun rencana manusia, hasil akhir tetaplah di tangan Allah. Maka jangan pernah remehkan doa yang tulus dari hati yang berharap.

Syukur: Kunci Bertambahnya Nikmat

Ketika rezeki datang, sekecil apa pun bentuknya, bersyukurlah. Karena syukur bukan sekadar ucapan, tetapi pengakuan hati dan perilaku yang menjaga nikmat tersebut dalam kebaikan.

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”
(QS. Ibrahim: 7)

Syukur yang terus menerus melahirkan keberkahan. Tidak selalu ditambah secara materi, tetapi bisa berupa ketenangan hati, kesehatan, atau kemudahan dalam urusan.

Belajar dari Burung di Pagi Hari

Nabi SAW bersabda:

Baca Juga  Orang-orang yang malas dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam

“Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, niscaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung diberi rezeki. Ia pergi di pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore hari dalam keadaan kenyang.”
(HR. Tirmidzi)

Burung tidak tahu pasti di mana ia akan makan hari itu, tapi ia keluar pagi-pagi dengan semangat, bergerak, dan tidak tinggal di sarangnya. Di situlah letak pelajaran: usaha, disertai tawakal, akan mengundang rezeki yang telah ditulis oleh Allah.

Menjemput Takdir 

Rezeki adalah takdir, tapi bukan alasan untuk malas. Ia ditetapkan, tapi harus dijemput. Kuncinya adalah tiga: usaha, doa, dan syukur.

Maka jangan pernah ragu untuk melangkah, karena di balik setiap langkah yang halal dan sungguh-sungguh, ada tangan Allah yang menyambut dan menyiapkan rezeki terbaik bagi hamba-Nya.

“Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.”
(QS. At-Talaq: 2–3)

 

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button