NASIHAT

Ikuti keinginan Allah, jangan ikuti keinginan manusia

QS. Al-Jasiyah Ayat 18

ثُمَّ جَعَلْنٰكَ عَلٰى شَرِيْعَةٍ مِّنَ الْاَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلَا تَتَّبِعْ اَهْوَاۤءَ الَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ

18. Kemudian Kami jadikan engkau (Muhammad) mengikuti syariat (peraturan) dari agama itu, maka ikutilah (syariat itu) dan janganlah engkau ikuti keinginan orang-orang yang tidak mengetahui.

Ikuti keinginan Allah, jangan ikuti keinginan manusia
Manusia hidup bersama di dunia. Saling membutuhkan satu dg yg lainnya. Tak ada manusia bisa hidup sendirian dan memenuhi semua kebutuhan hidupnya secara sendirian seperti kebutuhan sandang, pangan, papan dan dipan serta handphone.

Ketidakmampuan manusia hidup sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya membuat manusia membentuk keluarga, masyarakat dan negara. Bermunculan keluarga, masyarakat dan negara di mana2 dari masa ke masa.

Masing2 keluarga, masyarakat dan negara memiliki aturan atau hukum yg mengikat setiap pribadi dan setiap pribadi wajib mematuhi dan mengikuti tanpa kecuali agar setiap pribadi mendapatkan kebutuhan hidupnya sesuai dg kesungguhan usahanya masing2 di antaranya mendapatkan rezeki seperti makan, minum dan berpakaian.

Tersedia pula ancaman dan hukuman bagi setiap pribadi bila melanggar aturan atau hukum yg berlaku berdasarkan kesepakatan bersama. Hal ini tidak dimaksudkan untuk menzalimi manusia melainkan justru untuk memberi jaminan hidup kepada setiap pribadi manusia sehingga mereka mendapatkan hak hidupnya masing2 dg adil. Dg adanya ancaman dan hukuman ini diharapkan tidak ada seorangpun manusia yg kehilangan hak hidupnya di antaranya hak untuk mendapatkan rezeki.

Allah yg menciptakan manusia berupa laki2 dan wanita lalu berkeluarga, bermasyarakat dan bernegara tidaklah membiarkannya tanpa disertai dan dilengkapi dg aturan atau hukum atau syariat yg disebut agama. Apalagi menyerahkan sepenuhnya kepada kemampuan dan keahlian manusia untuk membuat aturan atau hukum atau syariat yg bisa menjamin manusia mendapatkan hak hidupnya masing2 dg adil dan berkeadilan.

Baca Juga  Hindarilah Terlalu Bersedih Hati dan Membenci

Tidak ada kemampuan dan keahlian manusia membuat aturan dan hukum atas manusia itu sendiri dg adil dan berkeadilan. Pasalnya manusia tidak tahu apa2 dan tidak bisa apa2 barulah menjadi tahu apa2 dan bisa apa2 setelah Allah memberinya kemampuan dan mengajari pengetahuan. Jadi hanya Allah yg dapat membuat aturan dan hukum sesuai kebutuhan manusia yg diciptakannya dg tujuan beribadah kepada Allah dg tidak menyekutukanNya dg apapun dan siapapun. Allah Maha Esa.

Hanya saja manusia dg hawanafsunya yg tidak terbatas sedang masa hidup manusia terbatas dan dibatasi ajal seringkali merasa mampu dan ahli dalam membuat aturan atau hukum atau syariat yg dianggapnya adil dan berkeadilan. Terutama manusia2 yg merasa berkuasa dan berharta banyak di atas kebanyakan manusia2 lainnya.

Berakibat bermunculan aturan dan hukum yg mengatur hidup manusia di antaranya mengatur rezeki manusia dalam suatu keluarga, masyarakat dan negara.

Aturan atau hukum buatan manusia itu didasarkan pada hawanafsu. Karenanya tidak pernah mewujudkan keadilan bagi seluruh pribadi manusia. Selalu saja hasilnya atau dampaknya ada manusia yg diuntungkan sebesar-besarnya dg merugikan manusia lainnya juga dg sebesar-besarnya. Berakibat dalam keluarga, masyarakat dan negara selalu ada manusia yg kehilangan hak2 hidupnya. Menjadi manusia yg tertindas di muka bumi.

Allah melalui RosulNya yg terakhir yaitu Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam menurunkan kembali aturan atau hukum atau syariat yg sesuai tujuan penciptaan manusia yg disebut Islam. Keadaan sudah lengkap dan sempurna. Pun pernah terbukti dan dibuktikan semasa kejayaan Islam betapa Islam adalah aturan atau hukum atau syariat yg adil dan berkeadilan. Tidak ada manusia kehilangan hak hidupnya dibawah naungan Islam biarpun manusia tidak beragama Islam sekalipun.

Baca Juga  Nasihat Tentang Sengsara dan Bahagia dari Ibnu Qoyyim

Milyaran manusia yg menghuni muka bumi kini merasakan ketidakadilan di mana2. Banyak manusia yg kehilangan hak hidup pemberian Tuhannya. Menjadi manusia tertindas secara turun temurun. Tidak hanya di Indonesia tapi juga di barat, timur, utara dan selatan.

Dunia kembali menjadi jahiliyah melebihi kejahiliyahan bangsa Arab masa lalu.
Satu2nya jalan untuk mendapatkan keadilan dalam kehidupan di muka bumi adalah mengikuti aturan atau hukum atau syariat Islam. Jalan2 lainnya seperti kapitalisme, komunisme, liberalisme dan isme2 lain yg didasarkan hawanafsu manusia terbukti gagal, gagal dan selalu saja gagal.

Hanya muslim dimanapun berada yg punya kewajiban mematuhi dan mengikuti syariat Allah. Tidak hanya dalam kehidupan pribadi, tapi juga keluarga, masyarakat dan negara sebagaimana kaum muslimin semasa kekhalifahan abubakar, umar bin khatab, usman bin affan dan ali bin abi thalib.

Dunia menunggu kapankah kaum muslimin terbesar dunia yg ada di Indonesia punya kesadaran bersama mematuhi dan mengikuti syariat Allah dg meninggalkan dan menanggalkan syariat hawanafsu manusia?

Kesadaran bersama muslim Indonesia akan membuat dunia yg gelap gulita dg kebatilan menjadi terang benderang dg kebenaran. Lenyaplah kezaliman. Terbitlah keadilan dari Sabang sampai Merauke. Dan dari Merauke sampai Maroko.

Penulis : Haji Humaidi

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button