Berkatalah yang Baik-Baik Saja, Karena Itulah Jalan Menuju Surga
Ucapkan yang Baik, atau Diamlah dengan Terhormat

Oleh: Bangun Lubis
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam.”
— HR. Bukhari dan Muslim
Suatu hari, seorang sahabat datang kepada Rasulullah ﷺ dengan hati yang diliputi kegelisahan. Ia merasa bahwa setiap kata-katanya tak dianggap, suaranya tenggelam di tengah keramaian. Lalu ia bertanya dengan tulus,
“Wahai Rasulullah, sebaiknya aku berkata seperti apa?”
Pertanyaan sederhana, namun meluncur dari kalbu yang sedang mencari cahaya. Dan jawaban Rasulullah ﷺ begitu dalam, tak hanya sebagai tuntunan berkata, tapi juga sebagai petunjuk hidup:
“Hendaklah kalian selalu berlaku baik dan jujur. Karena kebaikan itu akan membawa kepada al-birr (segala bentuk kebajikan), dan al-birr akan mengantarkan seseorang ke Surga.
Dan jauhilah dusta, karena dusta membawa kepada kejahatan, dan kejahatan akan membawa ke Neraka. Siapa yang terus berdusta, maka akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.”
— (HR. Bukhari dan Muslim)
Ucapkan yang Baik, atau Diamlah dengan Terhormat
Berkata bukanlah sekadar melepas suara dari bibir. Ia adalah cermin dari batin, isyarat dari jiwa. Maka Rasulullah ﷺ mengajarkan kepada kita, bahwa setiap ucapan hendaknya menjadi jembatan menuju surga, bukan jurang menuju kehinaan.
Ucapan baik adalah amal. Diam pun bisa menjadi ibadah. Maka, siapa yang benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah menjaga lidahnya: berkata yang baik, atau memilih diam dengan terhormat.
Kejujuran: Jalan Menuju Surga
Dalam hadits ini, Rasulullah ﷺ menghubungkan kejujuran dan kebaikan sebagai dua sayap yang mengantarkan seseorang ke puncak tertinggi: Surga. Kejujuran bukan hanya soal berkata benar, tapi juga soal menyatukan lahir dan batin, perbuatan dan perkataan, berita dan kenyataan.
“Sesungguhnya orang-orang yang berbakti benar-benar berada dalam (surga yang penuh) kenikmatan.”
— (QS. Al-Infithar: 13)
Orang yang jujur tak hanya dicintai manusia, tapi lebih dari itu, dicintai oleh Allah. Dan Allah memerintahkan:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (jujur).”
— (QS. At-Taubah: 119)
Keselarasan Ucapan dan Tindakan
Kebaikan sejati akan lahir bila seseorang menjaga keselarasan antara hati, ucapan, dan tindakan. Seseorang yang jujur akan berhati-hati dalam berkata, karena ia sadar: setiap kata tercatat, setiap suara akan dimintai pertanggungjawaban.
Ucapan yang baik adalah doa. Ia menenangkan jiwa yang gundah, menyembuhkan luka yang tersembunyi, dan menjadi cahaya bagi yang mendengar.
Sebaliknya, ucapan buruk adalah panah dari hati yang gelap. Ia bisa melukai lebih dalam daripada pedang, dan jejaknya kadang sulit dihapus meski telah lama berlalu.
Hati yang Baik Melahirkan Ucapan yang Baik
Seorang bijak berkata:
“Lidah bisa menunjukkan isi hati. Jika hatimu jernih, maka kata-katamu akan menjadi air penyejuk. Jika hatimu keruh, maka lisanmu akan memercikkan racun.”
Maka, menjaga lisan bukan sekadar menahan kata, tapi terlebih dahulu membersihkan hati. Sebab dari sanalah semua bermula.
Pilihlah Kata yang Menuju Surga
Hari ini, saat dunia begitu gaduh dengan kata-kata yang saling menyakiti, fitnah yang menyebar seperti api, dan dusta yang dibiarkan tumbuh, kita diajak untuk kembali kepada pesan Rasulullah ﷺ:
“Berkatalah yang baik-baik saja.” Dan jika tidak bisa? Maka diam adalah kemuliaan yang tak banyak dimiliki orang zaman ini.
Karena dalam diam yang diridhai Allah, ada keselamatan. Dalam kata yang baik, ada harapan. Dan di antara keduanya, ada jalan menuju Surga.