Bentengi Diri dari Dunia yang Melenakan
Siapkan bekal untuk menuju perjalanan panjang yang melelahkan.”

SETIAP insan beriman percaya bahwa hidup ini bukan kebetulan. Kita diciptakan oleh Allah Ta’ala untuk satu tujuan agung: beribadah kepada-Nya. Namun, dunia yang memesona sering kali membuat kita lupa akan tujuan itu. Allah menegaskan:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
(QS. Adz-Dzariyat: 56)
Dunia memang tampak indah dan menggiurkan. Tapi itu hanya fatamorgana. Kemilau dunia hanyalah ujian — bukan tujuan. Jabatan, harta, dan hiruk-pikuk kesibukan, semuanya akan sirna.
Jika dunia hanya persinggahan, mengapa kita begitu terlena dan lupa membekali diri untuk kampung akhirat?
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan… Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.”
(QS. Al-Hadîd: 20)
Dunia hanyalah tempat singgah. Tapi mengapa masih banyak dari kita yang tertipu, seolah akan tinggal selamanya? Dunia ini fana. Nilainya tidak lebih dari sayap seekor nyamuk jika dibandingkan dengan akhirat (HR. Tirmidzi). Bahkan, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Dunia itu terlaknat dan terlaknat pula segala isinya, kecuali dzikir kepada Allah dan apa yang mendekatinya, orang alim dan orang yang menuntut ilmu.”
(HR. Tirmidzi)
Sudah Siapkah Kita Pulang?
Ketika hidup terasa sempit dan jiwa dilanda gelisah, merenunglah: Apakah kita sudah siap menghadap-Nya? Jangan menunggu tua untuk bertaubat, karena kematian tidak memilih usia.
Sebagian manusia berpulang di tengah ibadah. Namun, sebagian lain dijemput ajal saat tenggelam dalam maksiat. Na’udzubillah.
“Telah dekat kepada manusia hari (yang akan) menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya).”
(QS. Al-Anbiya: 1)
“Dan (ingatlah) akan hari ketika Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam di dunia melainkan hanya sesaat di siang hari.”
(QS. Yunus: 45)
Jangan sampai kehidupan ini habis untuk hal yang tidak bermakna. Bekal akhirat bukan hanya banyak, tapi juga harus berkualitas.
Bekal Menuju Perjalanan Abadi
Ada dua bekal utama yang wajib dipersiapkan:
1. Iman yang Kokoh
Iman adalah cahaya yang menjaga hati tetap istiqamah di tengah gelombang dunia. Dengan iman, kita sabar menjalani ujian dan tidak mudah hanyut dalam kesenangan sesaat.
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.”
(QS. Ibrahim: 27)
2. Amal Shalih yang Ikhlas
Hanya amal shalih yang diterima Allah yang akan menjadi teman abadi di akhirat. Bukan harta, jabatan, atau popularitas.
“Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.”
(QS. Al-Hajj: 14)
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan orang asing atau seorang pengembara.”
(HR. Bukhari)
Ibnu Umar menambahkan:
“Jika engkau berada di waktu sore, jangan tunggu pagi. Jika di pagi, jangan tunggu sore. Gunakan sehatmu sebelum sakit dan hidupmu sebelum mati.”
Bekal Berkualitas: Bukan Sekadar Ada, Tapi Penuh Makna
Bekal akhirat bukan sekadar ibadah tanpa ruh. Ia harus penuh cinta, penuh ketulusan. Sebab banyak yang beramal, tapi tidak semua diterima.
Bekal berkualitas adalah amal-amal yang mengarah kepada ridha Allah. Ibadah yang menyatu dengan kesadaran dan cinta, bukan sekadar rutinitas. Zakat yang murni, shalat yang khusyuk, dakwah yang lembut, sabar dalam kesempitan — semua itu adalah bekal yang bernilai di sisi-Nya.
Namun, tidak sedikit yang menyia-nyiakan waktu dengan dosa dan kelalaian. Bahkan tak sedikit pula yang dijemput maut dalam kondisi hina:
Ada yang meninggal saat mabuk, berjudi, atau berzina. Na’udzubillah.
Tapi ada juga yang wafat dalam keadaan sujud, berdzikir, atau setelah menolong sesama.
Itulah husnul khatimah, dambaan setiap jiwa beriman.
Mari Persiapkan Diri
Layaknya orang yang menempuh perjalanan panjang, kita juga butuh bekal. Dan akhirat bukan sekadar perjalanan jauh — tapi tujuan akhir yang kekal.
Waktu terus berlalu. Kematian semakin dekat. Jangan sampai kita menyesal karena lalai menyiapkan bekal. Allah memberi cukup waktu untuk menanam amal. Tapi tidak semua diberi kesempatan untuk menuai.
“Dan hendaklah setiap jiwa memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).”
(QS. Al-Hasyr: 18)
Maka tanyakan pada diri sendiri:
Sudah berapa banyak bekal akhirat yang kupersiapkan?
Apakah bekalku berkualitas, atau hanya serpihan amal yang kosong jiwa?
Semoga kita semua termasuk dalam golongan orang-orang yang berhasil pulang dalam keadaan husnul khatimah. Aamiin.
Penulis: Bangun Lubis