SIRAH

Lebih Dekat dengan Abu Lukluk, Pembunuh Umar bin Khattab

Berhasil ditangkap dalam Pertempuran Qadisiyyah

Oleh aminuddin
Jurnalis

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh ..

Kita bertemu lagi sahabat semuanya ..

Tulisan kita kali ini melanjutkan tulisan sebelumnya yang dimuat di media online SatuJalan.com berjudul ‘Meneladani Akhlak Umar bin Khattab ra” di edisi 13/3/2021.

Kali ini membahas siapa Abu Lukluk (Lu’lu’ah) sebenarnya?

Prajurit Sasania
Pīrūz Nahavandi (bahasa Persia: پیروز نهاوندی) atau yang dikenal dalam bahasa Arab sebagai ‘Abu-Lū’lū’ah al-Majusi (bahasa Arab: أبو لؤلؤة المجوسي‎) atau Abu Lukluk.

Dia adalah seorang prajurit Sasania yang bertugas di bawah komandan Rustum Farrokhzad, tetapi berhasil ditangkap dalam Pertempuran Qadisiyyah pada tahun 636 M ketika Sasania dikalahkan oleh tentara Muslim Khalifah Umar bin Khattab di tepi barat Sungai Efrat.

Prof Hamka (Buya Hamka) dalam bukunya yang berjudul Sejarah Umat Islam, menuliskan bahwa pada suatu hari Umar bin Khattab berjalan-jalan di pasar.

Tiba-tiba dia bertemu dengan Abu Lukluk (Fairuz), budak Al-Mughirah bin Syubáh asal Persia yang kelak membunuh Umar.
Abu Lu’luah berkata, “Ya Amirul Mukminin, tolonglah selesaikan urusan saya dengan Al-Mughirah bin Syub’ah, karena banyak benar upahku yang masih di tangannya.”

“Berapakah upah itu?” tanya Umar.
“Dua dirham setiap hari,” jawab Abu Lukluk.

“Apakah pekerjaan yang engkau buat untuk dia?” tanya Umar.

“Tukang kayu, tukang ukir, dan tukang besi,” kata Abu Lukluk.
Umar bin Khattab berkata, “Menurutku sudah banyak upah yang engkau terima itu.”

“Benar,” kata Abu Lukluk.
Umar berkata, “Saya mendengar kabar, bahwa engkau pun sanggup membuat tepung yang ditumbuk dengan angin saja?”

Abu Lukluk menjawab, “Benar, saya bisa.”
“Kalau begitu buatkanlah saya tepung yang semacam itu,” kata Umar.

Abu Lukluk menjawab, “Akan saya buatkan tuan tepung yang paling bagus, yang kelak akan mahsyur buatannya dari Masyriq sampai ke Maghrib.”

Setelah berkata itu, dia pun pergi.
Dalam buku Sang Legenda Umar bin Khattab yang ditulis oleh Yahya bin Yazid Al Hukmi Al Faifi disebutkan, beberapa hari kemudian, setelah pertemuan Umar dan Abu Lukluk, terjadi peristiwa terbunuhnya Umar bin Khattab di waktu fajar, pada 26 Dzulhijjah 23 H.

Dan, pembunuhnya adalah Abu Lukluk.

Salah seorang saksi pembunuhan itu, Umar bin Maimun berkata, “Pada pagi hari sebelum terbunuhnya Umar, saya berdiri dekat sekali dengannya.

Antara saya dan dia hanya ada Abdullah bin Abbas.

Kebiasannya, sebelum shalat dia mengecek jamaah terlebih dahulu.

Dia berjalan di sela-sela shaf dan selalu berkata, “Luruskan shaf!”

Setelah melihat barisan telah rapat dan lurus, beliau maju dan mulai bertakbir.

Pada waktu itu mungkin beliau sedang membaca surat Yusuf atau An Nahl, ataupun surat lainnya pada rakaat pertama, hingga seluruh jamaah hadir berkumpul.”

Umar bin Khattab bertakbir.

Tiba-tiba Umar bin Maimun mendengar beliau menjerit, “Anjing-membunuhku! sewaktu ditikam.”

Ternyata beliau ditikam oleh seorang Abu Lukluk.

Kemudian budak itu lari dengan membawa pisau belati bermata dua.

Dia berusaha melewati shaf-shaf shalat dan jamaah di shaf-shaf itu terkena tikaman belatinya, baik di sebelah kanan maupun di sebelah kirinya.

Subuh berdarah itu, menelan 13 korban.

Tujuh orang di antaranya meninggal dunia, termasuk Umar bin Khattab.

Baca Juga  Ya... Rasulullah, Sepi dan Teramat Sepi

Salah seorang dari kaum mukminin yang melihat peristiwa itu langsung melemparkan burnus (baju berpenutup kepala) untuk menyergap dan menangkapnya.

Kala itu, sepertinya Abu Lukluk yakin bahwa dia pasti tertangkap.

Dan tidak mendapatkan jalan keluar.

Maka, dia langsung bunuh diri.

Penyembah Api
Lalu bagaimana mungkin seorang beragama Majusi penyembah api bisa berada di Kota Madinah?
Bukankah kota Madinah adalah kota suci yang diharamkan bagi siapapun kecuali kaum Muslimin?.

Semua ini berawal dari perintah Khalifah Umar bin Khatab kepada sahabat mulia Sa’ad bin Abi Waqas, untuk menaklukkan Persia.

Pada tahun 16 H, 10 pasukan Persia yang dipimpin Rustum dan Hurmuzan dapat dihancurkan sekitar lebih dari 40.000 pasukan muslimin.

Jendral Persia, Rustum, Tewas.
Sementara Hurmuzan berhasil meloloskan diri.

Hurmuzan: “Kekalahan seperti ini tidak pernah dialami Persia sebelumnya”
Sa’ad bin Abi Waqas: “Kabar gembira, wahai Amirul Mukminin, Allah telah membuat kalah musuh Muslimin.
Pasukan kita berhasil mengalahkan pasuka Persia.”
Kemenangan ini benar-benar membahagiakan Khalifah Umar bin Khatab ra di Madinah.

Sementara pasukan muslimin pimpinan Sa’ad bin Abi Waqash tetap bertahan di Iraq menunggu perintah Khalifah Umar bin Khatab.

Saat itulah, salah satu pemimpin pasukan Persia, Hurmuzan, yang berhasil meloloskan diri dari perang Qodisiyah tidak terima dengan kekalahan Persia.

Maka ia pun mulai menggalang pasukan khusus untuk aksi balas dendam.
Hurmuzan: “Kita akan membentuk pasukan rahasia” Abu Lukluk: “Aku siap menjadi relawan”. Seorang diantaranya yang siap menjadi relawan pasukan khusus Persia adalah Abu Lukluk.

Seorang pandai besi Persia yang mahir dan memiliki banyak keahlian kerajinan tangan.
Sebenarnya Abu Lukluk bukan orang dari kalangan biasa.
Abu Lukluk pernah menjadi tahanan Romawi ketika perang Persia dan Romawi meletus, hingga ia menjadi seorang pandai besi yang handal, karena keadaan yang memaksa.

Kini kekalahan persia di tangan kaum Muslimin benar-benar membuat Abu Lukluk terkesima.
Dendam mulai menggelayuti dirinya.
Maka wajar bila Abu Lukluk menyambut seruan aksi balas dendam kepada Muslimin karena faktor Ras Persia.
Mana mungkin negeri Persia yang telah malang melintang menguasai dunia dan menebarkan peradaban di dunia bisa di hancurkan oleh sebuah kaum dari padang pasir?
Hurmuzan: “Alangkah menyedihkannya Persia… hampir saja aku tidak percaya. Setelah Persia mengalami kebesarannya, tiba-tiba saja datang orang Arab. Padahal sebelumnya kita meremehkan mereka. Ternyata sekarang mereka mampu mengalahkan kejayaan Persia.”
Abu Lukluk: “Kok bisa?”
Hurmuzan: “Itu karena Islam yang mereka anut.”
Apalagi belakangan ia tahu, bahwa pemimpin Muslimin yang membuat bangsa Persia takluk adalah Umar bin Khatab.
Hurmuzan: “Dia punya pribadi kuat. namanya Umar bin Khattab.”
Abu Lukluk: “Umar Bin Khattab. Jadi dia pemimpin yang menggulingkan tahta Persia.”
Hurmuzan: “Benar”
Abu Lukluk: “Umar bin Khattab. Tidak akan aku lupakan nama ini…”
Abu Lukluk pun beraksi bersama sekelompok pasukan khusus menyerang markas pasukan muslimin di Iraq.
Sejumlah Muslimin terbunuh, namun aksi mereka berhasil dihentikan. Kelompok ini pun ditangkap dan di tawan pasukan Muslimin. Termasuk Abu Lukluk.
Abu Lukluk: “Pemimpin Muslimin, Umar bin Khattab, dia penyebab semua musibah ini. Bagaimana cara agar aku bisa membalasmu, wahai Umar. Kau telah menghancurkan hatiku, wahai Umar”.
Muslimin: “Kenapa Hurmuzan tidak ada? Dia melarikan diri. Nanti pasti kita bisa menangkapnya.”
Nasib Abu Lukluk kemudian diserahkan kepada Al-Mughirah.
Muslimin: “Keahlian apa yang kau miliki?”
Abu Lukluk: “Memahat. Membuat saluran air. Membuat gilingan gandum”.
Muslimin: “Profesi yang bisa dimanfaatkan. Dia aku serahkan kepadamu, wahai Mughirah.”
Beragam keahlian yang dimiliki Abu Lukluk menarik minat Al-Mughirah sang majikan. Namun untuk dibawa ke Madinah tentu tidak di perbolehkan.
Karena tanah suci Madinah tidak boleh dimasuki selain kaum Muslimin. Sementara Abu Lukluk memilih tetap pada agama nenek moyangnya yaitu agama Majusi.
Al Mughirah: “Kenapakau tidak masuk Islam saja?”
Abu Lukluk: “Tidak mau! Aku tetap pada agamaku.”
Al Mughirah: “Islam itu agama yang haq. Tidak kah kau menyadari semua yang menentangnya kalah?”
Abu Lukluk: “Aku tidak akan pindah agama sekalipun dibunuh!.”
Al Mughirah: “Baiklah. Memang tidak ada paksaan dalam beragama. Sudahlah, yang penting aku akan minta izin ke Khalifah agar kau dan kawan seprofesimu bisa masuk dan tinggal di Madinah. Agar bermanfaat bagi orang Muslim”.
Maka Al-Mughirah pun meminta izin pada Khalifah Umar bin Khattab agar Abu Lukluk dan kawan-kawan seprofesinya diperbolehkan tinggal di Madinah. Dengan alasan keahlian mereka bisa dimanfaatkan kaum muslimin.
Masuk kota Madinah Al-Munawaroh, Abu Lukluk tertegun. Seolah tidak percaya, Kota Madinah yang menjadi pusat Khalifah Muslimin dan berhasil menaklukkan kekuasaan raja di raja Persia, ternyata sangat sederhana.
Abu Lukluk: “Beginikah kotanya pemimpin Muslimin yang menggulingkan Persia? ini seperti desa paling terbelakang milik Persia.”
Maka sejak itu Abu Lukluk bersama kawan-kawan seprofesinya tinggal di Madinah menjadi pengrajin. Dan inilah yang justru mendekatkan Abu Lukluk pada terbukanya pintu balas dendam pada pemimpin kaum Muslimin, Umar bin Khattab.
Penyakit Hati
Penyebab Besar Abu Lukluk membunuh Khalifah Adil Umar bin Khattab RA adalah dendam. Dendam ini sifatnya ada dendam pribadi, misalnya ada kepentingan pribadi yang tidak tersampaikan dan tidak disetujui. Yang kedua adalah dendam agama.

Baca Juga  Kisah Suami-Istri, Zaman Nabi Musa Kaya Mendadak Setelah Sedekah

Dendam ini adalah penyakit yang sangat besar dalam hati seseorang. Yang ia bisa berujung pada perbuatan menghilangkan nyawa orang, merusak barang kekayaan orang, atau mengambilnya dan segala macamnya.

Karena itu masalah hasad, masalah dengki dan dendam, itu merupakan salah satu bagian dari penyakit hati yang harus dihilangkan dari hati orang yang beriman.

Rasulullah SAW bersabda: ‘Jauhilah oleh kalian dendam, karena dendam itu memakan kebaikan-kebaikan kita. Sebagaimana api memakan kayu bakar’.

Karena Rasulullah SAW mengajari kita untuk memaafkan, berapa banyak perilaku orang-orang yang sangat tidak sopan kepada Nabi, sangat kasar kepada Rasul.

Bahkan Nabi terancam nyawanya, tapi beliau memaafkan mereka. Tidak me nyimpan kebencian di hati dan tidak menyimpan dendam di dalam dirinya.

Dendam itu membakar setiap kebaikan yang ada. Bayangkan, semua kebaikan kita habis hanya oleh dendam yang ada di dalam diri kita.

Sumber literasi :

1. Republika.co.id

2. Bersama Dakwah

3. Ponpes Darun Najah Bogor

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button