Ekonomi Syariah: Jalan Tengah Menuju Keadilan dan Keberkahan

Satujalan.com — Di tengah krisis moral dan ketimpangan ekonomi global, Islam telah lama menawarkan jalan keluar yang adil, bersih, dan berkah: ekonomi syariah. Namun pertanyaannya, sudahkah kita sebagai umat benar-benar memahami dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari?
Ekonomi syariah bukan sekadar sistem tanpa riba, melainkan fondasi keuangan yang dibangun di atas kejujuran, tanggung jawab, dan keadilan sosial. Ia adalah bagian dari Islam itu sendiri, bukan pelengkap, bukan pula opsi kedua setelah sistem konvensional.
Mengapa Ekonomi Syariah Penting?
Allah SWT berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memakan riba yang berlipat ganda, dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.”
(QS. Ali Imran: 130)
Ayat ini menunjukkan bahwa keberuntungan dalam hidup — baik di dunia maupun akhirat — sangat terkait dengan sistem ekonomi yang bebas dari unsur dzalim, seperti riba dan gharar.
Rasulullah ﷺ pun telah memberi peringatan keras: “Riba itu memiliki 73 pintu dosa, dan dosa yang paling ringan adalah seperti seseorang yang menzinai ibunya sendiri.” (HR. Al-Hakim dan Al-Baihaqi)
Namun, ironisnya, justru umat Islam hari ini masih banyak yang belum paham atau bahkan belum peduli. Ekonomi syariah masih dianggap sebagai hal eksklusif milik perbankan atau kaum intelektual, padahal ia harusnya menjadi nafas dari setiap transaksi umat Islam, mulai dari jual beli di pasar hingga pengelolaan kekayaan negara.
Tantangan dan Harapan
Saat ini Indonesia telah menjadi salah satu kekuatan ekonomi syariah dunia, tetapi literasi masyarakat tentang ekonomi syariah masih sangat rendah. Padahal, zakat, infak, sedekah, wakaf, hingga jual beli halal adalah bagian dari ekonomi syariah yang bisa dipraktikkan siapa pun.
Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) dalam laporannya menyebut bahwa Indonesia berada di peringkat 4 dunia dalam industri halal global, namun tingkat literasi keuangan syariah di kalangan masyarakat masih di bawah 20%.
Perlu Dimasyarakatkan, Bukan Sekadar Dibicarakan
Ekonomi syariah bukan hanya untuk seminar dan diskusi akademik. Ia harus menjadi laku hidup. Para pedagang, petani, guru, ASN, pengusaha, bahkan anak muda kreatif harus bisa merasakan manfaat dan nilai dari ekonomi yang bersih dari praktik haram dan zalim.
Umat perlu diajak kembali memahami konsep barakah, bukan sekadar untung besar. Sebab dalam Islam, yang kecil tapi halal dan diberkahi, jauh lebih baik daripada yang besar namun haram dan menzalimi.
Saatnya Umat Bergerak
Mari kita jadikan ekonomi syariah bukan sekadar wacana, tetapi gaya hidup. Saat umat Islam mulai bertransaksi dengan jujur, berdagang dengan adil, menyalurkan zakat secara tepat, dan menjauhi riba dengan sungguh-sungguh, maka niscaya pertolongan Allah akan turun.
“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi…”
(QS. Al-A’raf: 96)
Sudah saatnya ekonomi syariah dimasyarakatkan: lewat masjid, majelis taklim, media Islam, sekolah-sekolah, dan media digital. Inilah tugas dakwah kita bersama. Sebab memperjuangkan sistem ekonomi Islam adalah bagian dari jihad zaman ini — jihad yang tidak dengan senjata, tetapi dengan ilmu, kerja nyata, dan keteladanan.
Redaksi SatuJalan.com
Dukung dakwah ekonomi syariah. Jadilah pelaku, bukan hanya pengamat.